Zuhud Terhadap Dunia
Setiap muslim harus memiliki sifat yang mulia salah satunya adalah zuhud terhadap dunia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki sifat zuhud dalam dirinya. Dengan adanya sifat zuhud di dalam diri manusia, maka ia akan menyadari bahwa sejatinya kehidupan di dunia hanyalah sementara, sehingga ia akan menjalaninya dengan memperbanyak amal ibadah. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas sifat mulia tersebut. Semoga kita dapat memahami dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan.
Pengertian Zuhud
Zuhud berasal dari kata زَهَدَ-يَزْهَدُ-زُهْداًartinya meninggalkan, tidak menyukai, atau وَزَهُدَ فِي الدُنْيَا yaitu menjauhkan diri dari kesenangan duniawi untuk beribadah.
Sedangkan menurut syar’i, hilangnya kecintaan terhadap sesuatu di dunia di dalam hatinya, kecuali kecintaan terhadap akhirat.
Sedangkan menurut KBBI, yaitu perihal meninggalkan keduniawian. Zuhud memiliki arti berpalingnya keinginan terhadap sesuatu yang lebih baik darinya.
Anjuran Zuhud Terhadap Dunia
Perintah syariat agar bersikap zuhud terhadap dunia tidak lain hanyalah untuk kebaikan manusia di akhirat. Sebab tidak ada kenikmatan yang abadi di dunia, karena apa yang kita dapat di dunia hanyalah kenikmatan sementara. Manusia mendapatkan kenyamanan di dunia hanyalah sebagian kecil yang tidak sebanding dengan kenyamanan di akhirat.
Ibnu Qayyim berkata bahwa apabila Allah menghendaki suatu kebaikan bagi hamba, niscaya Allah membuka mata hatinya hingga mampu mengetahui hakikat dari dunia dan akhirat. Maka ia akan lebih memilih yang lebih utama dari keduanya yaitu akhirat. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 77 yaitu:
(…قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيْلٌۚ وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقٰىۗ وَلَا تُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا)
“… Katakanlah: ‘Kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapatkan turut berperang) dan kamu tidak akan dizhalimi sedikit pun.’” (QS. An-Nisa’ 4:77)
Ayat di atas menunjukan bahwa harta di dunia hanyalah sedikit, tidak ada artinya sama sekali. Jika nafsu dunia menguasai diri seseorang maka musuh dengan mudah menghancurkan dirinya. Namun, jika bersedia mengikuti perintah Allah dengan tidak cinta dunia, berperang di jalan Allah, dan kemudian wafat, maka kemuliaan surga yang menjadi balasannya.
Sahl bin Sa’d As- Sa’idiy berkata, “Seseorang mendatangi nabi dan bertanya ‘Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan, jika aku mengerjakannya aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia’!
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam menjawab,
اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ الَّلهُ وَ ازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ
“Zuhudlah terhadap dunia niscaya kamu dicintai oleh Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.”
Baca juga artikel kami Hukum Orang Tua Menggunakan Uang THR Anak
Maksud hadits di atas adalah memberitahukan bahwasannya Allah mencintai orang-orang yang zuhud terhadap dunia. Mereka berkata, “Jika kecintaan kepada Allah adalah tingkatan keimanan yang paling mulia, maka zuhud terhadap dunia adalah keadaan keimanan yang paling mulia.”
Tingkatan zuhud
Pertama, Seorang yang zuhud terhadap dunia tetapi sebenarnya ia menginginkannya. Hatinya condong kepadanya, dan jiwanya berpaling kepadanya. Namun, ia berusaha dan meminta kepada Allah untuk mencegahnya.
Kedua , Seseorang meninggalkan dunia dalam rangka taat kepada Allah, karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang hina dina.
Ketiga, seorang yang zuhud terhadap dunia dalam rangka taat kepada Allah dan dia berzuhud dalam kezuhudannya. Keadaanya seperti orang yang membuang sampah, lalu orang tersebut mengambil mutiara. Perumpamaan lainnya, seperti seseorang yang ingin memasuki istana raja, tetapi seekor anjing menghadangnya di depan pintu gerbang. Lalu ia melemparkan sepotong roti untuk mengelabui anjing tadi. Dan ia pun masuk menemui sang raja.
Sedangkan tiga tingkatan zuhud menurut Imam Ahmad bin Hanbal yaitu:
- Zuhud dengan meninggalkan perkara yang haram. Ini termasuk zuhud bagi orang-orang awam.
- Zuhud dengan tidak berlebihan dalam melakukan perkara yang halal dan perkara dunia. Ini merupakan zuhud bagi orang-orang tertentu.
- Zuhud dengan meninggalkan segala sesuatu yang dapat memalingkan dari mengingat Allah, yaitu seorang hamba yang taat kepada Allah dengan menjauhkan diri dari apa yang Allah larang dan mendekatkan diri dengan apa yang Allah perintahkan. Ini merupakan zuhud hamba yang sangat mengenal Allah.
Dengan sifat ini seseorang menjadi mulia. Suatu karunia yang tidak mudah untuk mendapatkannya. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita sifat mulia tersebut. Aamiin Wallahu A’lam bish Shawab (@Rumaisha07/ an-najma.com)
Referensi:
- Hamkah, Tafsir Al-Azhar, Cetakan IV, Gema Insani, Depok, 2020.
- Ibnu Qoyyim Al-Jauzi, Madaariju Al-Salikin, Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, Bairut, 2004.
- A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Cetakan XVI,Pustaka Progressif, Surabaya, 1997.
- Ibnu Rajab Al-Hambali, dkk, Tazkiatun Nafs, Cetakan XL, Pustaka Arafah, Solo, 2020.
- Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim ( 13 Cara Mencapai Akhlak Mulia), Cetakan II, Pustaka Imam Syafi’i, 2014.