Khadijah binti Khuwailid, Pedagang Wanita Kaya Raya

0

Khadijah binti Khuwailid, adalah seorang wanita karir dan pedagang kaya raya sebagaimana jejak sang ayah. Beliau merupakan sosok wanita yang pertama kali beriman kepada Allah dan mempercayai risalah Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah salah satu bahkan istri pertama dari Rasulullah yang mana darinya dihadirkan tiga putra dan empat putri. Sebagai wanita yang cerdas nan berperangai luhur, tidak sedikit lelaki Quraisy kaya raya yang datang untuk meminang beliau. Sebelumnya, beliau pernah diperistri oleh Abu Halah bin Zurarah At-Tamimy, kemudian meninggal dunia dan menikah lagi dengan Atiq bin Aidz bin Abdullah Al-Makhzumy. Terakhir beliau adalah satu-satunya istri Rasulullah dan Rasulullah tidak menikah lagi sebelum wafatnya beliau, sampai kematiannya tercatat dalam sejarah sebagai “yaumul hazn” bagi Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam.

Biografi dan lahirnya Ibunda Khadijah

Beliau adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab Al-Quraisyi Al-Asadi, yang dijuluki sebagai “wanita suci”. Ibunda Khadijah lahir di rumah yang mulia dari keluarga yang berkedudukan tinggi, kurang lebih sekitaran 15 tahun sebelum tahun gajah. Selama dalam pertumbuhan, beliau senantiasa berada di dalam rumah-rumah yang mulia, Hal ini menjadikan beliau pribadi yang cerdas, sopan, lagi mulia. Oleh karena itu, Ibunda Khadijah terkenal serta menjadi pusat perhatian di kalangan kaumnya pada masa itu.

Pernikahan Ibunda Khadijah dengan Rasulullah

Sebelum terjadinya pernikahan antara Rasulullah dan Ibunda Khadijah, beliau pernah diperistri oleh Abu Halah bin Zurarah At-Tamimy, dan melahirkan dua anak darinya yaitu Halah dan Hindun. Tatkala tiba wafatnya suami pertama, beliau kemudian diperistri oleh Atiq bin Aidz bin ‘Abdullah Al-Makhzumy, yang tak lama setelah pernikahan itu keduanya bercerai. Setelah tersebarnya berita perceraian tersebut, banyak dari kalangan pemimpin-pemimpin Quraisy yang berusaha untuk meminang beliau, tapi tidak satupun di antara mereka yang diterima dengan alasan ingin melanjutkan tugasnya untuk mendidik anak-anaknya begitupun dengan usaha dagangannya. Oleh karena itu,beliau memiliki banyak karyawan untuk menjalankan dagangan tersebut dengan sistem bagi hasil.

Seiring berjalannya waktu ketika beliau masih menjanda, beliau mendapat kabar bahwasanya ada seorang lelaki yang jujur, amanah, lagi terpercaya di sekitarnya. Beliau lantas  bersegera menemui dan meminta lelaki tersebut (Rasulullah) untuk menjalankan dagangannya menuju Syam dengan ditemani oleh Maisaroh. Mendengar kabar itu, Rasulullah seketika menyetujui perjalanan tersebut. Setelah melakukan perjalanan yang begitu panjang, Allah mempermudah segalanya sehingga menghasilkan banyak sekali keuntungan. Bahkan, sebelum kembali untuk pulang beliau membeli barang lagi  yang akan dijual dan menghasilkan dua kali lipat dari asalnya. Ibunda Khadijah begitu kagum akan keuntungan yang beliau dapatkan seakan telah kembali apa yang sudah lama hilang, yang tidak pernah beliau rasakan sebelumnya.

Menjadi istri pertama Rasululullah

Tibalah saatnya hati Ibunda Khadijah bergejolak, seakan Rasulullah begitu berbeda dengan para lelaki pada umunya. Spontan beliau memikirkan, apakah lelaki itu ingin menikah denganku, sedangkan diri ini sudah berusia 40 tahun”?. Lantas bagaimana pula reaksi kaumku yang selama ini berusaha datang untuk meminangku, sedangkan aku menolak mereka?. Setelah beberapa hari menggalau, datanglah Nafisah menemui beliau. Ibunda Khadijah berhasil mengungkap rahasia yang dipendam di atas  sifat malu yang beliau miliki. Nafisah pun menenangkan dan berusaha membantu, dengan bersegara menemui Rasulullah untuk menyampaikan kabar itu. Ketika berada di hadapan Rasulullah, Nafisah menanyakan apa alasan Rasulullah belum menikah sampai saat itu juga.

Rasulullah spontan menjawab, “Aku tidak memiliki apa-apa”.

Kemudian Nafisah tersenyum dan berkata, “Lalu bagaiman jika kamu diberi wanita yang rupawan lagi berharta?”.

Rasulullah menjawab, “Siapa wanita itu?”

“Khadijah,” jawab Nafisah

Rasulullah melanjutkan, “Jika ia menerimaku maka aku setuju akan hal ini”.

Rasulullah kemudian mengabarkan kepada paman-pamannya akan keinginannya untuk menikahi Ibunda Khadijah. Mendengar kabar itu, paman Rasulullah mendatangi Amr bin ‘Asad untuk meminang keponakannya sekaligus menentukan maharnya. Saat itu Rasulullah menghadirkan maskawin sebanyak 20 ekor unta muda yang setara dengan kuranglebih 600 juta pada hari ini. 

Akhirnya Ibunda Khadijah resmi menjadi istri pertama Rasulullah. Usia Ibunda Khadijah pada waktu itu adalah 40 tahun, sedangkan Rasulullah berusia 25 tahun dengan selisih 15 tahun. Seiring berjalannya waktu, beliau melahirkan putra-putri Rasulullah yang mana tidak ada istri Rasulullah yang memiliki anak dari Rasulullah kecuali Ibrahim.

Baca juga artikel kami Kejujuran Baginda Rasulullah

Perjalanan hidupnya bersama Rasulullah

Allah menganugerahi dari pernikahan mereka berdua kebahagian serta kenikmatan dengan hadirnya putra putri mereka. Rasulullah tidak menyia-nyiakan semua pemberian itu, justru menambah rasa syukurnya dengan senantiasa menyendiri untuk berkhalwat dengan Rabbnya di Gua Hira. Ibunda Khadijah bahkan tidak pernah menahan perjalanan Rasulullah untuk berkhalwat dengan Rabbnya, meski terkadang aktivitas tersebut menjauhkannya dari suami tercinta. Ketika Rasulullah memulai perjalanannya, kedua mata beliau tak hentinya memperhatikan dari jarak kejauhan. Bahkan beliau mengutus seseorang untuk mengawali serta menjaga Rasulullah tanpa mengganggu ketenangan khalwatnya.

Selang beberapa waktu berdiam diri di dalam Gua Hira, Rasulullah didatangi oleh Jibril dengan membawa wahyu dari Allah. Rasulullah pulang dengan penuh ketakutan. Khadijah istri tercinta, dengan perkataan yang lembut berusaha menenangkan dengan mengatakan, “Allah akan menjaga kita, bergembiralah, dan tenangkan dirimu. Sungguh aku berharap kelak kamu akan menjadi nabi umat ini, demi Allah engkau tidak akan dihinakan”. Setelah  mendengar perkataan itu, Rasulullah tenang dan kembali tentram di hadapan pembenaran dan keimanan istrinya.   

Hari duka cita Rasulullah atas kepergian Ibunda  Khadijah

Ibunda kahdijah wafat pada usianya yang kurang lebih 56 tahun. Masa pernikahan beliau dengan Rasulullah kurang lebih 25 tahun. Adapun Rasulullah tidak pernah menikahi seorang wanita manapun semasa hidup beliau, sampai wafatnya Ibunda Khadijah. Wafatnya, menjadi hari duka cita Rasulullah, kisah tersebut tercatat di dalam sejarah yang disebut dengan “Yaumul Hazn”. (Wafiq Azizah/an-najma.com)

REFERENSI

  • Sirah Shahabiyah
  • Sirah Nabawiyah
Leave A Reply

Your email address will not be published.