Namanya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Sakhr bin Harb bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab. Kunyahnya adalah Abu Abdurahman Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Makki. Dilahirkan lima tahun sebelum Nabi diutus. Ibunya adalah Hindun binti Utbah bin Rabi’ah.
Muawiyah berperawakan tinggi, putih, tampan, dan berwibawa. Kedua orang tuanya mempunyai firasat ia akan memimpin kaumnya sejak ia kecil. Ketika itu Abu Sufyan melihat Muawiyah sedang merangkak, ia berkata kepada Hindun, “Sesungguhnya anak kita berkepala besar. Ia sangat pantas memimpin kaumnya.” Hindun menanggapi, “ kaumnya saja? Celakalah aku jika ia tidak memimpin bangsa arab secara keseluruhan”
Masuk Islamnya
Muawiyah masuk Islam pada tahun 8 hijriyah saat peristiwa fathu Makkah bersama ayahnya. Dalam riwayat lain Muawiyah masuk Islam pada tahun 7 hijriyah. Ia menuturkan, “Aku masuk Islam pada saat umrah qadha pada tahun 7 Hijriyah. Aku menyembunyikan keislamanku dari ayahku, lalu ia mengetahuinya dan berkata ‘ saudaramu yazid lebih baik darimu karana ia mengikuti agama kaumnya’. Aku berkata padanya ‘ mengapa keluargaku justru memberatkan?’. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam masuk ke kota Makkah saat umroh qadha lalu aku beriman pada beliau. Setelah fathu Makkah aku menampakkan keislamanku, lalu aku mendatangi beliau. Beliau menyambut kedatanganku dan aku menulis di hadapan beliau”
Muawiyah mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah. Ia juga menginfakkan hartanya pada perang Thaif dan Hunain.
Rasulullah pernah berdoa untuknya, “Ya Allah jadikanlah ia sebagai pemberi petunjuk, orang yang mendapat petunjuk, dan berilah petunjuk melalui dia”.
Baca juga artikel kami Hukum Bersiwak Sebelum Sholat
Sebagai Gubernur
Capaian Muawiyah dalam pemerintahan dimulai pada masa Umar bin Khattab. Khalifah Umar mengangkatnya sebagai panglima pembebasan Kaisaria pada tahun 15 Hijriyah. Dengan kemenangan gemilang yang ia raih di Kaisaria dan pembebasan daerah pesisir Damaskus, khalifah Umar mengangkatnya sebagai pemimpin wilayah Yordania pada tahun 17 Hijriyah. Lalu pada tahun 18 Hijriyah ia menggantikan saudaranya Yazid bin Abi Sufyan yang wafat terkena penyakit tha’un amwas, sebagai pemimpin Damaskus, Belbek dan Balqa.
Saat Muawiyah memegang pemerintahan di Syam, Amr bin Al-Ash meninggalkannya untuk menaklukkan Mesir. Karena itu, tugas penjagaan perbatasan Syam dan perluasan wilayah menjadi tanggung jawab Muawiyah. Progam militernya yang berlian adalah pembentukan armada laut pertama dalam Islam serta penetapan peperangan terhadap bangsa Romawi pada musim dingin dan panas.
Setelah wafatnya Umar dan naiknya Usman sebagai khalifah, Muawiyah masih tetap pada posisinya sebagai gubernur wilayah Syam. Pada masa ini terjadi pembebasan kota Cyprus.
Sebagai Khalifah
Muawiyah menjadi khalifah pada tahun 41 Hijriyah setelah Hasan bin Ali mengundurkan diri. Tahun ini disebut juga dengan tahun persatuan. Setelah berlarut larut perselisihan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah berlangsung, Hasan bin Ali tampil menyatukan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Muawiyah.
Sebagai khalifah, Muawiyah menangani persoalan rakyat 5 kali sehari. Muawiyah juga mengontrol beberapa kantor pusat seperti kantor surat, kantor stempel, kantor pos; Muawiyah disebut sebut sebagai orang pertama yang memasukkan system pos dalam negara Islam juga mengadakan system juru tulis.
Pada tahun 47 dan 48 Hijriyah Muawiyah memulai pengepungan Konstantinopel. Sementara itu pada tahun 50 Hijriyah, Uqbah bin Nafi’ berhasil membebaskan Afrika. Pada masa Muawiyah Sijistan, Khurasan, Khawasy, Bast, Khasak dan kota Kabul juga masuk kedalam wilayah kekhalifahan bani Umayyah.
Istri dan Putra Muawiyah
Selama hidupnya Muawiyah mempunyai 4 orang istri:
Pertama, Maisun binti Bahdal bin Unaif Al-Kalbiyah
Darinya lahir Yazid bin Muawiyah dan seorang putri yang meninggal saat masih kecil.
Kedua, Fakhitah binti Qurzhah bin Abdi Amr bin Naufal bin Abdi Manaf
Ia melahirkan dua orang anak untuk Muawiyah; Abdurrahman dan Abdullah. Abdullah adalah orang yang lemah, sementara Abdurahman meninggal saat masih kanak-kanak.
Ketiga, Na’ilah binti Imarah Al-Kalbiyah, Muawiyah menceraikannya.
Keempat, Katwah binti Qurzhah, saudari Fakhitah. Muawiyah menikahinya setelah saudarinya wafat. Ia menemani Muawiyah dalam peperangan Qabrash dan wafat di sana.
Muawiyah juga memiliki beberapa putri, yaitu Ramlah binti Muawiyah yang dinikahi oleh Amr bin Utsman bin Affan, Hindun binti Muawiyah yang dinikahi oleh Abdullah bin Amr, Aisyah, Atikah dan Shafiyyah.
Wafatnya
Muawiyah bin Abu Sufyan wafat pada kamis 22 rajab 60 Hijriyah. Ia wafat pada umur 78 tahun. Muawiyah menjabat sebagai khalifah selama 19 tahun, 3 bulan, 27 hari.