Membaca Sebagai Akar Kejayaan Umat
Al-Qur’an dan As-Sunnah telah mengarahkan pada setiap muslim untuk hidup maju, yaitu dengan cara mengubah diri, baik dalam mentalitas, maupun memantapkan motivasi melalui langkah-langkah kegiatan nyata yang disertai dengan doa’-do’a. Sebagaimana Allah Ta’ala telah menegaskan dalam firman-Nya,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang berusaha untuk mengubah nasib darinya (melalui ikhtiar dan usaha).”(Qs. Ar-Ra’du: 11)
Sasaran tepat sebagai langkah dinamik seorang muslim adalah siap berubah. Mengubah mental stagnan dengan mental maju, berikhtiar, bekerja keras, dan bekerja cerdas. Dari hanya melihat diri sendiri, menjadi suka membaca pengalaman pihak lain yang maju. Lalu, menjadi tergerak dan terus maju bekerja menuju yang terbaik bagi diri dan sesama.
Sebuah ungkapan yang penuh insipiratif bagi kita sebagai seorang muslim,
لِكُلِّ أُمَّةٍ جُذُوْرٌ وَ جُذُوْرٌ هَذِهِ لأُمَّةِ تُرَاثُهَا
“Setiap umat itu memiliki akar, dan akar umat ini (Islam) adalah turatsnya.”
Definisi Turats
Turats secara bahasa berarti warisan atau pusaka, yang merupakan peninggalan para ulama dan cendikiawan umat Islam terdahulu. Hasil olah nalar para ulama muslim sepanjang zaman. Akumulasi nash–nash yang menjadikan umat Islam sebagai umat yang maju dan berkembang.
Membaca dan menulis merupakan pokok terpenting dalam keberlangsungan peradaban manusia. Begitu penting dan berharganya ilmu membaca dan menulis, hingga Allah Ta’ala menamakan salah satu surah dalam Al-Qur’an dengan Al-Qalam, yang bermakna pena. Allah Ta’ala bersumpah dengan atas nama pena yang menjadi alat untuk menulis. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada kita untuk membaca, sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya,
اِقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”(Qs. Al-‘alaq: 1)
Dengan banyak membaca, maka banyak data serta fakta yang akan kita dapatkan, dan dengan itu pula banyak ilmu yang akan kita peroleh. Ilmu adalah suatu cara agar dapat melakukan dan menyelesaikan sesuatu di dalam kehidupan ini. Ilmu dapat mengubah mental atau mengubah sesuatu yang asalnya belum bisa menjadi bisa, dari sudah bisa akan satu hal menjadi semakin bisa, hingga akhirnya dapat mencapai puncak keunggulan. Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kesuksesan dunia, maka ilmulah kuncinya dan barangsiapa yang menginginkan kesuksesan akhirat, ilmu pula kuncinya”.
Baca juga artikel sebelumnya Peran Islam Dalam Penyebaran Bahasa Arab
Budaya Membaca
Menelaah adalah warisan budaya Islam yang sangat indah. Telah begitu lama kaum muslimin jauh dan dijauhkan dari warisan budaya dan agamanya yang agung ini, sehingga kalbu mereka kering kerontang, kaku dan membatu. Mereka sudah tidak pandai lagi, bahkan sampai pada tidak tahu menahu lagi mana yang haq dan mana yang bathil. Kejahilan mereka mencapai puncaknya, sehingga mayoritas dari mereka sudah tidak lagi mengenal agamanya (Islam) kecuali hanya sekedar namanya saja. Maka, sangat patut bagi kita untuk membaca pusaka dan harta peninggalan para pendahulu kita, yang mana lentera Islam selalu menyala dalam pribadi dan kehidupan mereka.
Membaca adalah aktivitas yang tidak pisah dari kehidupan para ulama, termasuk para penuntut ilmu. Membaca merupakan jendela dunia, Jika kita tidak bisa membuka jendela tersebut, bagaimana mungkin kita mampu mengenal dunia dan berkontribusi padanya?
Aktivitas membaca adalah kemampuan yang harus diminati oleh para penuntut ilmu sejati. Sungguh, buku mampu mengeksplorasi tempat dan dimensi yang tidak kita kenal, serta dapat memberikan kita petunjuk. Inilah alasan mengapa firman Allah Ta’ala diturunkan dalam bentuk kitab. Tak lain agar dibaca dan dapat dijadikan petunjuk bagi para pembacanya. Sebagaimana hati yang membutuhkan nutrisi keimanan, begitu pula akal juga membutuhkan nutrisi akan pengetahuan. Cara terbaik untuk menambah keduanya adalah dengan membaca.
Fenomena Membaca Saat ini
Sangat disayangkan akhir-akhir ini kegiatan membaca buku perlahan tidak digemari lagi. Orang-orang cenderung lebih menyukai membaca gosip-gosip yang bertebaran di media sosial daripada membaca buku. Maka, tidaklah salah jika Syaikh bin Ali bin Muhammad mengatakan, “Kewajiban ulama hari ini lebih kepada menyadarkan generasi penerus ihwal pentingnya khazanah peninggalan para ulama terdahulu, sebab khazanah itu merupakan intisari pemikiran mereka selama berabad-abad.”
Generasi muda yang sibuk dengan menuntut ilmu akan senantiasa menyelami karya-karya para ulama dan mentadaburi alam semesta. Jika kita mampu melahirkan generasi yang suka membaca, kemajuan pasti akan menyertai bangsa dan negara. Peradaban umat manusia telah membuktikan bahwa hanya dengan ilmu kemajuan dan kejayaan dapat diraih. Wallahu a’lam bishawab (Apriana Safitri/an-najma.com)
REFERENSI :
- Majalah An-Najma “Berprestasi dengan Ilmu Syar’i”, Edisi 89 vol 4
- Jangan Pernah Berhenti Belajar, Mohammad Jaelani Imron, Pustaka Imam Asy- Syafi’i