Sekularisasi Pendidikan

0

Setiap bangsa berbudaya pasti mempunyai sistem pengetahuan. Pengetahuan itu akan diwariskan dari generasi ke generasi. Adapun proses untuk mewariskan pengetahuan tersebut terjadi melalui pendidikan, meskipun pendidikan sendiri tidak bisa dipahami hanya dengan sebatas itu saja. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas. Mayoritas pakar pendidikan Islam kontemporer menggunakan kata tarbiyah untuk menyebut istilah pendidikan. Dari sekian banyak definisi yang mereka kemukakan, mereka menyimpulkan bahwa tarbiyah atau pendidikan adalah upaya untuk membimbing dan mengarahkan seseorang agar terjadi perubahan pada keperibadian dan perilakunya menjadi lebih baik.

Dari Sekularisasi Ilmu ke Sekularisasi Pendidikan

Upaya tersebut akan mengalami kegagalan jika bimbingan dan arahan itu berada di atas landasan ilmu yang keliru. Oleh karenanya, sekularisasi ilmu pasti membawa kepada sekularisasi pendidikan. Penyebaran ilmu sekular paling banyak terjadi melalui lembaga pendidikan, berupa sekolah dan semisalnya.

Pendidikan Islam dilandaskan berdasarkan wahyu Allah Ta’ala. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi landasan utama dalam menentukan kebenaran dan kebaikan yang bersifat mutlak. Sementara itu, pendidikan sekular berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, alias humanisme. Kebenaran dan kebaikan ditentukan oleh pandangan manusia yang bersifat relatif. Para penganut sekularisme mengajarkan bahwa kebenaran itu relatif dan tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Ajaran ini berasal dari pikiran mereka yang keliru, sedangkan pikiran keliru itu berasal dari ilmu yang keliru.

Pendidikan Islam Vs Pendidikan Sekular

Tujuan menuntut ilmu dalam Islam adalah untuk menanamkan kebaikan atau keadilan pada manusia dan diri individual, bukan sekedar pada manusia sebagai warga negara atau bagian integral dari masyarakat. Inilah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai penduduk di dalam kota dirinya sendiri. Oleh karena itu, tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk menghasilkan orang yang baik.

Menurut Syed Muhammad Naquib Alattas, orang yang baik adalah orang yang beradab. Adab disini meliputi kehidupan spiritual dan material manusia yang mengajarkan sifat kebaikan yang dicarinya. Konsep ‘seorang yang baik’ dalam Islam tidak hanya berarti bahwa ia harus menjadi baik dalam pengertian sosial yang umum dipahami. Ia tidak cukup dengan hanya menjadi warga negara yang baik, namun juga harus menjadi individu yang baik. Individu yang baik pasti akan menjadi warga negara yang baik, sebaliknya warga negara yang baik belum tentu menjadi individu yang baik.

Sementara itu, tujuan pendidikan sekular berorientasi pada kehidupan duniawi. Orang-orang belajar di lembaga pendidikan agar hidupnya di dunia mudah dan senang. Orang-orang belajar dengan tujuan agar mendapatkan gelar akademik, pekerjaan atau jabatan.

Sejak usia dini, anak-anak sudah diiming-imingi pekerjaan enak, gaji banyak dan jabatan yang bergengsi jika mereka rajin belajar. Sebaliknya, jika malas dalam belajar mereka ditakut-takuti akan mendapatkan pekerjaan yang kasar, seperti tukang bersih-bersih, buruh, satpam, dan lain sebagainya dengan gaji yang kecil dan jabatan rendah. Akibatnya, mereka belajar pun dengan niat yang keliru. Niatnya bukan lagi lillahita’ala (karena Allah), tetapi li ajli ad-dunya(demi dunia).

Niat yang keliru ini akan mendorong kepada sikap dan perilaku yang keliru pula. Demi mendapatkan nilai yang tinggi, murid dan orang tua sampai menempuh cara yang tidak halal dan tidak terpuji. Murid tanpa terbebabi perasaan bersalah dengan mudahnya menyontek, bahkan jika perlu melakukan jual beli nilai. Nilai dengan angka tinggi dianggap sebagai patokan utama keberhasilan dalam pendidikan.

Pendidikan Islam bukan berarti pendidikan yang anti duniawi. Pendidikan sendiri adalah sebuah proses yang terjadi dalam kehidupan dunia. Dalam pendidikan Islam, pembangunan kehidupan duniawi bukan menjadi final, tetapi merupakan kewajiban yang dimana terkait kuat dengan kehidupan ukhrawi. Tujuan final pendidikan Islam adalah kehidupan ukhrawi dengan ridha Allah Ta’ala.

Baca juga artikel kami Wanita dalam Peradaban Hindu

Dikotomi Pendidikan

Sekularisasi merupakan induk dikotomi pendidikan, yakni pemisahan antara pendidikan kognitiftoritis akademis dengan pembentukan pribadi manusia. Dalam dikotomi ini, sekolah hanya bertanggung jawab atas kemampuan akademis. Adapun pembentukan keperibadian diserahkan kepada keluarga dan kelompok agama masing-masing. Dikotomi seperti ini mengandung pendidikan yang bebas nilai.

Ternyata, dikotomi tersebut telah membawa kemerosotan moral yang parah. Pritim Sorokin menyoroti bahwa meningkatnya kerusakan dalam hubungan keluarga dan hubungan antar sesama manusia, disebabkan oleh pendidikan sekolah yang bebas nilai. Sekolah pun mendapat kritikan tajam. Pendidikan bebas nilai telah menyebabkan kemampuan akademis merosot dan tingkat kenakalan meninggi. Berbagai penelitian menunjukan indikasi yang kuat antara kemerosotan moral dengan nilai akademik rendah.

Menanggapi fenomena ini, Terrence Lovat mengatakan, bahwa konsep Pendidikan umum sebagai warisan tradisi bebas nilai merupakan kesalahan dan membutuhkan revisi yang serius.  Wallahu a’lam bishawab. (ustadz Muhammad Isa Anshori/ an-najma.com)

REFERENSI :

  • Dilema Kaum Muslimin, hlm. 141-143
  • “Problema Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam” dalam Islamia, vol IX no. 1 Maret 2014, hlm. 7-8
Leave A Reply

Your email address will not be published.