Penyimpangan Syi’ah pada Asyuro’

0

Sepuluh Muharram adalah hari yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak, pada hari ini manusia terbagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan kelompok Syi’ah.

Dua Kelompok dalam Ritual Asyuro

Pertama, pengikut sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, pada hari ini mereka berpuasa, ditambah satu hari sebelum atau sesudahnya, sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Kedua, mereka yang membangkang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam, pada hari ini mereka menyiksa diri dengan memukul-mukul bahkan melukai anggota tubuhnya. Golongan pertama adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Golongan kedua adalah Syi’ah dengan berbagai sektenya.

Bukti Kesesatan Syi’ah

Bukti kesesatan pesta duka berdarah ala Syi’ah Rafidhah Majusi:

Pertama, pembangkangan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam telah melarang menyiksa diri sendiri atas musibah yang menimpa seseorang, beliau bersabda, 

ليسَ مِنَّا مَن ضَرَبَ الخُدُودَ، أوْ شَقَّ الجُيُوبَ، أوْ دَعا بدَعْوَى الجاهِلِيَّةِ

Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, menyerupai kaum kuffar dalam ritual ibadah mereka.

Lalu Syi’ah Imamiah Rafidhah termasuk golongan siapa? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, 

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Dalam hal ini mereka menyerupai kristen, kecuali jika mereka mengklaim bahwa hak paten ritual ini adalah inovasi dan temuan mereka. Tapi, dalam hal ini biarlah mereka yang berkompromi dengan kristen.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 103-104 yang artinya, “Katakanlah, apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”

Lalu, Ritual Duka Berdarah-Darah ini, Ajaran Siapa?

Imam Husein dan Anak cucunya tidak pernah melakukan hal ini, bahkan Imam Husein melarangnya secara tegas. Di akhirat kelak Imam Husein akan berlepas tangan dari mereka. Maka kelak mereka akan menyesal, sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 167.

Hal ini merupakan bentuk cinta palsu yang dzalim, jika bukti cinta Ahlul Bait adalah dengan merayakan pesta kematiannya dengan ritual syaithaniyyah ini, maka Ali bin Abi Thalib ayah Husein lebih berhak dengan ritual ini. Beliau juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Akan tetapi, mereka tidak berkabung layaknya hari kematian Husein radhiyallahu ‘anhu. Bukankah ini kedzaliman yang besar, saat mereka memuji-muji Husein melebihi ayahnya, sang Khalifah?

Allah Ta’ala juga telah memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Namun, tidak ada seorangpun menjadikan hari wafat beliau sebagai hari bela sungkawa, atau melakukan perbuatan orang-orang dari sekte Syi’ah pada hari kematian Husein. Padahal pada kenyataannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam lebih mulia dari padanya. Adapun Al-Qur’an telah menegaskan bahwa iman, takwa, dan kecintaan tidaklah terikat dengan kelahiran atau wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam sebagaimana dalam QS. Ali-Imran ayat 144.

Baca juga artikel Loyalitas atas perintah Allah!

Ayatus-Syi’ah Telah Mempermainkan Mereka

Jika cinta Husein dibuktikan dengan menyiksa diri, maka kita tantang Ayatus-Syi’ah mereka melakukan ritual ini. Ali Khamane’i, Ali Sistani, Hasan Nashrallat, Muqtadha Shadr, silahkan lakukan ritual siksa diri yang dilakukan pengikut kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar.

Dusta sejarah terbesar yang direkayasa Syi’ah adalah bahwa Husein bin Ali dibunuh oleh Yazid. Lantas siapa pembunuh Husein? Cukup Ayatus-Syi’ah yang menjawabnya, Marji’ Syi’ah ayatullah Al-Uzhma Muhsn Al-Amin menuliskan,“… Kemudian Husein dibai’at oleh 20.000 orang dari penduduk Irak, dan mereka semua menipunya, mereka keluar sedang bai’at ada di leher mereka, maka mereka pun membunuhnya.” (A’yan Al-Syi’ah : juz I,hal 34). Kemudian Imam Husein mendo’akan kehancuran untuk Syi’ahnya, “Ya Allah, jika Engkau beri mereka kenikmatan sampai waktu yang telah ditentukan, maka pecahkanlah mereka menjadi sekte-sekte, jadikanlah jalan mereka berbeda-beda, dan janganlah Engkau jadikan para pemimpin  manapun ridha terhadap mereka. Sesungguhnya mereka mengundang kami untuk membela kami, kemudian mereka berkhianat dan memerangi kami.” (Kasyf al-Ghummah, juz II, ha18 dan 38, I’lam Al-Waraa, karya At-Thabrasi, hal 949, dan Al-Irsyad karya Al-Muhfid, hal 241)

Tipuan, Penyesalan, atau Hukuman? 

Lantas kita bertanya, jika ini hakikatnya, mengapa Syi’ah masih saja menyiksa diri dalam memperingati wafatnya Imam Husein?

Jawabannya hanya ada tiga kemungkinan. Pertama, Perbuatan tersebut adalah tipuan, mereka sadar bahwa nenek moyang Syi’ah mereka adalah pengkhianat dan pembunuh Husein, maka hal ini perlu ditutupi dengan ritual bersedih dan menyiksa diri. Kedua, Mereka tau bahwa merekalah yang mengkhianati dan membunuh Husein, maka perbuatan ini adalah bentuk penyesalan tingkat tinggi atas dosa mereka terhadap Husein. Ketiga, Allah Ta’ala menghukum mereka karena pengkhianatan mereka kepada Ali, Hasan, dan Husein, dengan siksaan yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.  Wallahu A’lam Bish Showab (Ustadz Tengku Azhar/ an-najma.com)

Leave A Reply

Your email address will not be published.