ISTI’ADZAH
Isti’adzah merupakan salah satu kerakteristik yang harus dimiliki oleh seorang mukmin, karena isti’adzah merupakan bentuk permohonan perlindungan. Yang mana kita sebagai manusia pasti membutuhkannya. Dalil isti’adzah (berlindung) adalah dalam firman Allah Ta’ala,
وَدَلِيْلُ الأِسْتِعَاذَةُ: قَوْلُهُ تَعَالَى:قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ قَوْلُهُ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah, ‘aku berlindung kepada Rabb yang menguasai shubuh’.” (QS. Al-Falaq [113]:1).
Dan firman-Nya, “Katakanlah, ‘aku berlindung kepada Rabb manusia’.” (QS. An-Nas [114]:1)
Kata isti’adzah tidaklah asing di telinga kita pada kegiatan yang hendak dilakukan, seperti membaca Al-Qur’an. Tidak hanya itu, isti’adzah juga dilafadzkan ketika memohon perlindungan. Yang mana tidak ada sebaik-baik tempat meminta perlindungan kecuali hanya kepada Allah Ta’ala. Adapun kata isti’adzah terdapat dua lafadz yaitu,
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ العَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرّجِيْمِ dan أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرّجِيْمِ
Definisi Isti’adzah
Kata isti’adzah diambil dari kata ‘aadza-ya’udzu-‘audzan (عَاذَ-يَعُوْذُ-عَوْذًا) yang berarti meminta perlindungan. Sedangkan kata a’udzu billah bermakna aku meminta perlindungan kepada Allah. Adapun secara istilah, Syakh Utsaimin mendefinisikan isti’adzah dengan memohon perlindungan dari sesuatu yang tidak disukai. Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan bahwa isti’adzah ialah memohon perlindungan kepada Allah dan melekatkan diri kepada-Nya dari setan yang terkutuk, yang dapat mencelakai agama ataupun dunianya dan mencegah dari taat kepada Rabb-nya, serta mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang dilarang Rabb-nya.
Macam-macam Isti’adzah
Orang yang melakukan isti’adzah memohon perlindungan kepada siapa yang dituju dalam isti’adzah-nya. Berdasarkan objek yang dimintai perlindungan, para ulama’ membaginya menjadi 4 macam yaitu,
Pertama, Isti’adzah kepada Allah.
Isti’adzah ini berimplikasi atas sempurnanya ketawakalan seorang hamba kepada Allah, serta meyakini bahwa Allahlah yang memberikan kecukupan dan perlindungan dari segala bahaya, baik bahaya saat ini maupun yang akan datang, yang langsung maupun tidak langsung, yang kecil maupun besar. Sebagaimana firman-Nya, “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia,dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An-Nas [114]:1-6)
Kedua, Isti’adzah dengan salah satu sifat Allah
Seperti kalam-Nya, keagungan-Nya, kemulian-Nya, dan sebagainya. Dan perlu diketahui, bahwa tatkala kita berlindung kepada sifat Allah Ta’ala, pada hakikatnya kita berlindung kepada Allah Ta’ala, pemilik sifat tersebut. Sebagaimana yang pernah dilkukan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dalam doa beliau,
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan kalimat –kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan apa yang diciptakan-Nya.” (HR. Abu Daud: 3899)
Ketiga, Isti’adzah kepada mayit
Makhluk hidup yang tidak tampak di hadapan dan tidak bisa memberi perlindungan seperti jin dan setan. Inilah perbuatan syirik. Sebagaimana contoh dalam firman Allah,
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jinn[72]: 6)
Seperti seorang yang melewati lembah liar kemudian takut terjadinya bahaya, sehingga ia berkata “Aku berlindung dengan pemilik gunung ini (jin) dari kejahatan-kejahatan kaumnya.”. Ijma’ ulama’bersepakat bahwa tidak boleh beristi’adzah kepada jin.
Keempat, Isti’adzah dengan makhluk, tempat atau sesuatu yang lainnya (selain jin) yang dapat melindungi.
Isti’adzah seperti ini diperbolehkan dan tidak mengandung unsur kesyirikan. Tentunya hal tersebut baik tempat ataupun makhluk yang dimaksud hanyalah sebagai washilah (perantara) untuk melakukan perlindungan. Namun, sejatinya hatinya tetap memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala semata.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,“Ada seorang berlindumg di Baitullah, lantas beliau mengirim seorang utusan kepadanya.” (HR. Muslim: 7421)
BACA LAINNYA : Berniat sebelum beramal
Jika ia berlindung di Baitullah dari kejahatan orang yang dzalim, maka ia wajib dilindungi. Namun, jika ia berlindung untuk melanggar atau menghindari kewajiban, maka haram perlindungan atasnya.
Sebagai umat muslim yang beraqidah salimah, hendaklah melazimi rangkaian ibadah hati, salah satunya ialah isti’adzah. Sebab setiap manusia pasti memiliki musuh. Musuh yang mencegahnya kepada yang haq atau mengarahkannya untuk berbuat kebathilan. Adapun musuh manusia adalah setan baik berbentuk manusia tau jin, nafsu lawwamah, gemerlap dunia dan hawa nafsu yang dijadikan alasan.
Hendaklah kita beristi’adzah hanya kepada Allah Ta’ala yang Maha Pelindung dan kepada sesuatu yang dapat melindungi selama hal tersebut diperbolehkan dan tidak menjerumuskan pada lubang kemaksiatan, serta menjatuhkan ke neraka jahannam, wal’iyadzubillah. Wallahu A’lam bish Shawab. (Ustadz Tengku Azhar)