Muslim Ideal Berwawasan Luas
Islam sangat menjunjung tinggi sebuah ilmu, oleh karenanya umat Islam diperintahkan untuk terus belajar sepanjang hidupnya. Hal tersebut karena Islam tidak menginginkan umatnya hanya sekedar menjadi kelompok manusia yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Islam berusaha untuk mengangkat umatnya menjadi manusia-manusia yang berwawasan luas. Berwawasan luas adalah salah satu karakter seorang muslim yang ideal, apalagi guna menjawab tantangan kemajuan zaman.
Berwawasan Luas
Wawasan yang luas sendiri mencakup pengetahuan akan empat hal, yaitu ilmu syar’i, ilmu sejarah, ilmu Bahasa, dan pengetahuan tentang teknologi dan sains. Pembagian-pembagian ini tidaklah bersifat mutlak, karena wawasan yang luas mencakup banyak hal, bahkan tidak terbatas.
Pertama, Ilmu Syar’i
Tidak diragukan lagi bahwa memahami ilmu syar’i (ilmu agama) adalah hal yang sangat penting bagi seorang muslim. Kita membutuhkan ilmu syar’i sebagai bekal hidup, bahkan dalam setiap tarikan nafas yang kita hirup dan setiap detik yang kita lalui, semuanya membutuhkan ilmu. Hal ini karena sesungguhnya setiap perkataan, perbuatan, bahkan apa yang ada di dalam hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban.
Ilmu syar’i adalah ilmu utama sebelum menguasai ilmu yang lain, bahkan hukum mempelajarinya sampai pada tingkat fardhu ‘ain. Mengapa ilmu syar’i harus lebih utama? Karena manusia walaupun menguasai sejuta ilmu di genggamannya, jika tanpa agama ia akan rapuh. Ilmu pengetahuan jika tanpa agama itu pincang, dan agama tanpa ilmu itu buta. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim Rahimahullah, bahwasannya beramal jika tanpa didasari dengan ilmu, seperti berjalan tanpa petunjuk. Tentu saja akan lebih dekat kepada kerusakan daripada keselamatan dan kemungkinan untuk selamat sangatlah kecil.
Kedua, Ilmu Sejarah
Kita dapat mengetahui perilaku dan akhlak umat-umat terdahulu, jejak-jejak para nabi, para raja dengan kerajaan dan politik mereka dengan memahami sejarah secara baik dan benar. Dengan demikian, hal tersebut dapat dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang mengambil pelajaran, baik dalam urusan dunia maupun agama. Sebagaimana Muhadditsin (ahli hadits) Imam Ibnul Mubarok, beliau lebih menyukai membaca kisah-kisah para sahabat daripada duduk-duduk membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Menurutnya, melalui kisah-kisah mereka kita dapat belajar kehidupan, bahkan seakan bertemu langsung dengan mereka walaupun mereka telah gugur berpuluh tahun yang lalu.
Dari sini kita belajar, bahwa melalui sejarah kita bisa bertemu mereka lewat imajinasi, melihat peristiwa dan alur turunnya hukum-hukum islam, sehingga belajarpun jadi terasa menarik. Sebab sejarah punya segudang lentera untuk menerangkan. Sejarah punya segudang hikmah untuk dipetik, bahkan dua per tiga dari isi Al-Qur’an adalah sejarah. Sejarah menggambarkan pada kita tentang nilai-nilai perjuangan, bahkan membuat kita tersadar bahwa islam sudah terbukti jutaan kali mengubah manusia menjadi pahlawan yang dikenang zaman. Dahulu, jika Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam bercerita tentang para nabi, atau kaum terdahulu, para sahabat pasti membetulkan posisi duduknya dan mendengarkan dengan penuh saksama.
Ketiga, Ilmu Bahasa
Bahasa Inggris merupakan kunci gerbang menuju pemahaman ilmiah, sedangkan bahasa Arab merupakan senjata ampuh kuasai agama. Akan tetapi yang paling utama untuk dipelajari dari keduanya bagi umat muslim adalah bahasa Arab, sebagaimana nasihat umar bin Khattab, “Pelajarilah bahasa Arab karena ia merupakan bagian dari agama kalian.”
Bahasa Arab menjadi bahasa sentral bagi umat muslim untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an, syari’at dan hukum-hukum dalam Islam. Oleh karena itu, penting bahkan wajib hukumnya bagi umat muslim untuk mempelajarinya terutama di zaman sekarang ini, masih banyak umat muslim yang berada dalam kejahiliyaan, sebab kurang dan rancunya ilmu agama yang mereka dapatkan. Ditambah belakangan ini, banyak bermunculan fenomena ajaran-ajaran yang membuat umat bingung. Jika kita tidak paham dengan bahasa Arab maka kita akan mudah percaya dengan ajaran-ajaran baru yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ada ungkapan, “Orang yang paham bahasa Arab seperti orang yang bisa melihat dalam kegelapan.” Hal ini bisa tercermin dari orang tersebut paham dengan bahasa Al-Qur’an dan As-Sunnah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga ia terhindar dari amalam-amalan bid’ah dan musyrik.
Keempat, Wawasan Sains dan Teknologi
Ilmu sains dan teknologi digolongkan dalam ilmu hayat yang berhubungan dengan kemaslahatan dunia, yakni Ilmu yang bermanfaat bagi manusia dengan menggunakan akal, eksperimen, dan penemuan. Dengan demikian, manusia bisa memakmurkan bumi dan membuat kemaslahatan serta membuka peluang, menyingkap rahasia alam dan lingkungan.
Ketika peradaban Islam sedang di puncak kejayaannya, kedudukan ilmu sains di bawah naungannya mencapai posisi yang sangat hebat, hingga kaum muslimin menjadi pelopor di dunia. Mereka menguasai puncak-puncak ilmu sebagaimana mereka menguasai ubun-ubun dunia. Universitas mereka penuh dan terbuka lebar bagi para penuntut ilmu dari kalangan orang-orang Eropa.
Lain lagi di bidang teknologi, para ilmuan muslim juga berhasil menciptakan berbagai macam penemuan mekanik yang rumit dan mempunyai nilai seni. Salah satu contohnya adalah robot manusia. Referensi-referensi kita menunjukkan bahwa penemuan awal robot manusia telah terjadi pada zaman peradaban Islam. Penemunya adalah ilmuan mekanik Badi’ Az-Zaman Abu Al-Izz Ismail bin Ar-Razzar Al-Jazari yang hidup pada abad keenam hijriyah. Dialah yang pertama kali menciptakan robot manusia yang menjadi pelayan di rumah.
Baca juga artikel kami Bahaya Ghozwul Fikri #1!
Jadi, bukanlah hal yang mustahil jika Islam kembali memegang peradaban dunia. Maka disinilah peran seorang muslim harus berwawasan luas, memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk kebangkitan dan kejayaan Islam. Menjadikan kekokohan ilmu agama sebagai pondasi dan benteng diri agar tidak terbuai dengan arus zaman yang merusak. Lalu, meramunya dengan wawasan sejarah yang menghadirkan sejuta hikmah dan keteladan. Ditambah dengan pengetahuan bahasa sebagai salah satu pintu kuasai pemahaman islam yang benar. Kemudian, dilengkapi dengan wawasan-wawasan terkini guna memanfaatkannya untuk kemajuan umat ini. Keempat wawasan ini akan memudahkan kita untuk berkomunikasi, bahkan berdakwah kepada semua elemen masyarakat. Oleh karena itu begitu pentingnya berwawasan luas bagi seorang muslim penerus estafet perjuangan Islam.
Referensi:
- Untuk Kalian yang Rindu Perubahan, Edgar Hamas, Pro U Media
- Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Dr. Raghib As-Sirjani, Pustaka Al-Kautsar
- Muqoddimah Ibnu Khaldun, Pustaka Al-Kautsar
- https://alhikmah.ac.id/pribadi-mutsaqqaf-2/
- https://muslimah.or.id/5628-mencerdaskan-diri-dengan-ilmu-syari.html
- https://muslim.or.id/24755-urgensi-menuntut-ilmu-syari.html