Jeratan Modernisasi Gaya Hidup Terhadap Masyarakat Muslim #1
Zaman semakin menunjukkan kemajuannya, teknologi, informasi, dan komunikasi semakin berkembang dari segala bidang kehidupan. Arus modernisasi yang dimotori oleh dunia Barat menyebabkan informasi dan budaya dari luar semakin mudah untuk diakses dari segala sisi, sehingga berimbas pada kehidupan masyarakat muslim. Peranan budaya westernisasi sangat mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat muslim. Termasuk juga pada modernisasi gaya hidup tak luput dilancarkan oleh pihak Barat, ditambah dengan teknologi yang kini semakin pesat perkembangannya perlahan semakin mengikis moral dan akhlak. Ketika ada tren terbaru di media sosial, masyarakat berlomba untuk segera mengikuti. Ada tren berpakaian seperti ini, atau gaya berbicara seperti itu, tak sungkan lagi untuk ditiru bahkan jika tidak sesuai dengan aturan-aturan syari’at. Karenanya rasa malu tak ragu lagi untuk dijual demi pamor depan publik. Faktanya, kini tampil modis telah menjadi tuntutan, karena zaman menuntut seseorang untuk eksis, narsis, tapi krisis dalam masalah pengetahuan agama dan adab.
Akibatnya, banyak masyarakat kita yang terpengaruh oleh dampak negatif dikarenakan mengikuti warna-warni dari modernisasi tanpa pondasi akidah yang kuat. Fenomena seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah, terutama pada kalangan muda mudi. Hegemoni dari food, fashion, fun, dan film hingga pergaulan bebas menjerat mereka dari segala sisi.
Masyarakat Muslim Semakin Terjerat dengan Modernisasi Gaya Hidup
Pertama: Food
Dalam bidang food, makanan dan minuman khas Eropa dan khas belahan dunia lainnya dengan berbagai macam cita rasa, bahan, dan tampilan tersaji di berbagai cafe dan restoran. Mulai dari harga yang bisa dijangkau oleh kantong sampai yang harganya melangit. Bahkan, makanan yang belum jelas status halalnya banyak digandrungi, malahan menjadi favorit. Jadilah kita lebih mementingkan nafsu perut hingga tidak lagi peduli dengan makanan halal dan thoyyib. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqoroh [2]:168)
Sebab hakikatnya, kita tergantung dengan apa yang kita makan. Jika apa yang masuk ke dalam perut kita baik, maka jasad pun akan mengikuti. Namun, sebaliknya jika apa yang masuk ke dalam perut tidak baik, maka begitu pula jasad. Sebab, dari makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh akan berproses menjadi daging yang melekat pada jasad. Sementara yang menggerakan jasad adalah hati, dan hati merupakan raja bagi jasad. Ia adalah penggerak dan pengatur utama bagi tubuh untuk melakukan suatu amalan. Maka, jika jasad tidak baik, bagaimana mungkin hati akan baik? Bagaimana mungkin seseorang akan melakukan hal-hal yang baik?
baca lainnya : Bahaya Ghazwul Fikri
Selain itu, Makanan dan minuman juga mempengaruhi sebab terkabulnya doa seorang hamba. Jadi, Salah satu syarat doa seorang hamba bisa terkabul adalah dengan memakan makanan yang halal, dan pastinya menjauhi makanan yang haram. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ، فَقَالَ : ((يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا )) وَقَالَ : ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ )) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ: أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ له ؟
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’ (dan Allah Ta’ala berfirman,’Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu’ kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)
Sejatinya, itulah yang diinginkan orang-orang yang iri dan dengki, terhadap Islam. Agar umat muslim melanggar batasan halal haram yang telah Allah tetapkan, sehingga mereka perlahan akan jauh dari ketaatan kepada Allah Ta’ala dan agama. Seorang misionaris kristen, Samuel Zwemer berkata, “ Tugas misionaris di dunia Islam yang telah dibebankan kepada Anda oleh orang-orang Kristen bukanlah memasukan kaum muslimin dalam agama Kristen karena Islam adalah hidayah bagi mereka, tapi tugas Anda adalah menjauhkan mereka dari Tuhannya.” Lalu, akankah kita biarkan hal ini terjadi???
Bersambung, (Apriana Safitri/an-najma.com)