Ramadhan bulannya Al-Qur’an, yuk maksimalkan!
Tak terasa, kita telah melewati nishfu (setengah) bulan Ramadhan tahun ini. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita memaksimalkan ibadah kita? Baik dengan menggunakan waktu untuk memperbanyak sholat, tilawah Al-Qur’an, dzikir, bersedekah, saling tolong menolong dan banyak amalan baik lainnya. Ataukah kita merasa cukup dengan telah mengerjakanya diawal saja, dan kini waktunya kita tinggal bersantai dan berleha- leha?
Jika demikian cara berpikirnya. Maka, sejatinya dia belum menjamu tamu yang agung ini dengan baik, karena Ramadhan ibarat tamu utusan Allah yang berkunjung kepada kita. Sedangkan yang namanya utusan akan melaporkan kepada yang mengutusnya terkait keadaan shohibul bait (tuan rumah yang dikunjungi). Apakah dia dijamu dengan baik ataukah malah disia-siakan? Yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi yang mengutus adalah apakah shohibul bait tersebut layak untuk dikunjungi lagi atau dihapus dari daftar kunjungan tamu Ramadhan? Kita berdoa semoga tidak termasuk dalam golongan yang menyia-nyiakan tamu Ramadhan ketika dia berkunjung.
Lantas, bagaimana Rasullullah memberi tauladan kepada kita dalam menjamu tamu Ramadhan?
Ramadhan Bulan Al-Qur’an
Disebutkan dalam kitab Lathoiful Ma’arif Karya imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam pembahasan Bulan Ramadhan. Beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meningkatkan semua amalan kebaikan berkali lipat dibandingkan pada hari-hari bulan lainnya. Terlebih beliau sangat meningkatkan interaksi beliau dengan Al-Qur’an. Kenapa demikian? Jawabanya yaitu;
Pertama, Bulan Ramadhan Adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
Telah termaktub dalam Al-Qur’an sendiri.
… شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآن
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an.” (QS.Al-Baqarah :185)
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata; “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan sekali tahap dari Lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah pada malam Lailatul Qadr.
Kedua, Bulan Ramadhan Adalah Waktu Belajarnya Rasulullah Bersama Jibril
Sebagaimana hadits riwayat dari Ibnu Abbas:
أَنَّ المَدَارِسَةَ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ جِبرِيلَ كَانَتْ لَيلاً
“Sungguh, madrasah (belajar )Al-Qur’an yang dilakukan oleh Rasulullah dengan Jibril itu pada waktu malam.”
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan hadits diatas. Hadits tersebut menunjukkan sunnah, bilamana seseorang memperbanyak tilawah Al-Qur’an pada bulan Ramadhan pada waktu malam. Disebabkan, di malam hari sudah tidak ada kesibukkan, semangat menguat, serta hati dan lisan berkolaborasi untuk saling bersepakat dalam mentadaburi Al-Qur’an. Pengkhususan madrasah Al-Qur’an Rasulullah dan Jibril pada bulan Ramadhan, tentulah menjadi sinyal kuat akan keistimewaan Ramadhan hingga pantas menjadi waktu istimewa tilawah Al-Qur’an.
Ketiga, Panen Berlimpah Pahala
Berdasarkan hadits Nabi yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi:
مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَ الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَلِهَا لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ ولَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ ولاَمٌ حَرْفٌ ومِيْمٌ حَرْفٌ
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif lam mim satu huruf akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”
Keempat, Memburu Syafaat Al-Qur’an
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amru Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata ‘Ya Robbi, aku telah mencegahnya dari makanan dan nafsu. Karna itu syafa’atkanlah aku padanya!’ Sedangkan Al-Qur’an berkata: ‘Aku telah mencegahnya dari tidur dimalam hari. Karena itu syafa’atkanlah aku padanya!’ Rasulullah besabda: “keduanya kemudian menjadi syafa’at.” (HR. Ahmad)
Kiranya empat alasan diatas telah mewakili kenapa Rasulullah sangat meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Tahukah teman, para salaf pun juga tidak kalah meningkatkan semangat berintraksi dengan Al-Qur’an.
Sahabat Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur’an di setiap 8 hari sekali, sedangkan sahabat Tamim Ad-Dari mampu mengkhatamkan setiap sepekan sekali. Sementara, Imam Syafi’i bahkan pada bulan Ramadhan mampu mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali.
Abdur Razaq menceritakan, “Apabila Sufyan Ats-Tsauri menjumpai bulan Ramadhan, beliau biasa meninggalkan seluruh ibadah (sunnah) dan bersegera membaca Al-Qur’an.” Maa Syaa Allah, bukan? Mereka begitu bersungguh-sungguh meraih kemulian di bulan mulia ini, dengan berinteraksi dengan Kalamullah yang mulia. Masihkah kita akan tetap berleha-leha untuk memperbanyak amalan di bulan Ramadhan, wabil khusus untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an? Semoga Allah Mengarunia kita taufik untuk bisa memaksimalkan bulan Ramadhan yang hampir usai ini. (El-Majesty/ An-Najma.com)