BAHAYA GHOZWUL FIKRI #1
Apa Itu Ghozwul Fikri?
Ghozwul fikri atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai perang pemikiran adalah sekumpulan keyakinan-keyakinan dan pemikiran-pemikiran yang masuk ke dalam Islam dengan target menguasai pemikiran seorang muslim agar mereka berpaling dari berpegang teguh dengan agama Islam , yaitu dalam hal-hal yang berkaitan dengan akidah, tradisi, dan beragam perilaku lainnya. Sedangkan dalam bahasa Inggris ghozwul fikri biasanya diartikan dengan brain wash.
Sejarah Muncul dan Berkembangnya
Istilah “ghozwul fikri” pertama kali muncul pada masa Perang Salib. Strategi ini digunakan oleh para musuh-musuh Islam setelah kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh pasukan Salibis dalam menghadapi kaum muslimin di medan pertempuran yang bersifat fisik atau menggunakan senjata. Tercatat bahwa ada tujuh Perang Salib besar yang pernah terjadi dalam kurun waktu 200 tahun, yaitu dari tahun 1095-1291 M. Perang-perang tersebut kebanyakan dimenangkan oleh kaum muslimin.
Perang Salib ke-tujuh dipimpin oleh Louis IX, Raja Prancis yang legendaris. Louis bersama dengan 30.000 tentaranya bermaksud menghancurkan kerajaan Islam yang ada di Mesir dan Suriah, agar mereka bisa kembali menguasai tanah Palestina. Akhirnya, peperangan meletus di sebuah kota kecil bernama Al-Manshuro, sebuah kota yang terletak di Mesir. Sebanyak 30.000 pasukan Nashrani Eropa melawan sekitar 10.000 tentara muslim Mesir, yang saat itu dipimpin oleh panglima Fakhrudin Yusuf.
Maka, sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa jika umat Islam berpegang teguh pada agamanya, sekecil apapun mereka, pasti akan menang dengan iman dan keyakinan yang tertanam di hati mereka. Sebagaimana firman Allah,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ حَرِّضِ ٱلْمُؤْمِنِينَ عَلَى ٱلْقِتَالِ ۚ إِن يَكُن مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَٰبِرُونَ يَغْلِبُوا۟ مِا۟ئَتَيْنِ ۚ وَإِن يَكُن مِّنكُم مِّا۟ئَةٌ يَغْلِبُوٓا۟ أَلْفًا مِّنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ
“ Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal [8] : 65)
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya tentang ayat ini, bahwa Allah Ta’ala memotivasi Nabi-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan juga orang-orang yang beriman untuk berperang melawan musuh dan mengajak mereka bertarung satu lawan satu. Selain itu, Allah juga memberitahukan, bahwa Allah mencukupi mereka, memberi pertolongan dan mendukung mereka dalam melawan musuh-musuh mereka, meskipun jumlah musuh mereka itu sangat banyak dan berlipat ganda dari kaum muslimin dan sedikitnya jumlah orang-orang yang beriman.
Maka benar saja, Raja Louis bersama pasukannya kalah telak. Pertempuran berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin, bahkan Louis sendiri menjadi tawanan kaum muslimin bersama saudara-saudaranya.
Kekalahan dalam pertempuran ini, menjadikan Louis sebagai bahan ejekan diantara banyak penyair arab maupun eropa. Kemudian, setelah ia dibebaskan dari tahanan di Mesir, ia pun kembali ke negerinya Prancis sambil membawa rasa malu yang kemudian menerbitkan dendam dan kedengkian yang membara di hatinya terhadap kaum muslimin. Ia sadar, bahwa orang-orang muslim tidak akan kalah dan mereka pun tidak akan pernah menjadi pemenang selama “Islam” masih terus bersemi di hati kaum muslimin. Maka, ia pun mulai berfikir untuk mengubah siasat dan strategi untuk menghancurkan kaum muslimin. Ia pun mengadakan perkumpulan bersama ilmuan-ilmuan yang ada di Prancis dengan tujuan memperbaharui strategi perang. Mereka berupaya agar sarjana-sarjana cerdas di Prancis bisa menguasai bahasa Arab untuk mempelajari Islam, agar mereka bisa membuat buku-buku yang bisa menyerang akidah Islam. Louis juga memerintahkan kepada para ahli filsafat di Eropa untuk menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani kemudian mencampuradukannya dengan ilmu-ilmu Islam yang sudah pasti.
baca lainnya: Wanita Dalam Peradaban HIndu
Bahkan Louis berseru : “ Wahai orang-orang Kristen, jika kalian ingin mengalahkan kaum muslimin maka janganlah kalian memerangi mereka dengan senjata, karena kalian akan kalah tetapi kalian harus merusak keyakinan (akidah) mereka sebab akidah itulah tempat kekuatan mereka tersimpan.”
Sejak saat itulah, musuh-musuh Islam menggunakan metode ini untuk merusak Islam dari dalam. Seiring dengan perubahan zaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka media dan sarana yang mereka gunakan untuk memalingkan umat Islam dari pemahaman yang benar semakin beragam. Mereka menggunakan segala cara untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran kufur yang menyimpang di tengah-tengah umat muslim dengan tujuan menjauhkan mereka dari syariat Islam.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَنۡ تَرۡضٰى عَنۡكَ الۡيَهُوۡدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡؕ
“ Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka…” (QS. Al-Baqarah [2] : 120)
Wallahu ‘alam bisshowab, bersambung. (Apriana Safitri/an-najma.com)