Allah Tidak Membiarkan Hamba-Nya Sia-Sia

0

Sia-sia ialah suatu pekerjaan yang tidak berguna, suatu hal yang tidak ada hasil dan manfaatnya. Bagi seorang hamba hendaknya kita  meninggalkan sifat kesia-sian ini, agar tidak menjadikannya terlena pada tujuannya dalam menghamba kepada Allah. Begitu juga, Allah kepada seorang hamba, Allah tidak akan pernah membiarkan seorang hamba dalam kesia-sian.

Di dunia ini Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna. Allah ciptakan ia dari sari pati tanah yakni setetes air mani  yang ditumpahkan ke dalam rahim. Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging, lalu menjadi tulang-belulang yang dibungkus dengan daging, Allah juga menjadikan dari padanya sepasang laki-laki dan perempuan.

Allah ciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna hal ini , berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki fisik yang indah dan dibekali ilmu, akal, serta kemauan,  kemudian Allah memberikan kelimpahan nikmat dan rizki yang tidak terhitung jumlahnya di atas muka bumi ini.

Sebagai hamba dan manusia yang memiliki akal pasti akan berpikir untuk apa ia diciptakan dan hidup di dunia, dan apa yang harus ia lakukan? Apakah hidup hanya sebatas bangun tidur, makan, minum, kerja, cari harta, dan balik tidur lagi lalu selesai. Kalau begitu sia-sialah hidupnya di dunia. Seseorang yang mampu berpikir dengan baik, dia akan yakin pasti ada alasan penting dibalik terciptanya ia.

Allah Ta’ala  berfirman, “apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (sia-sia), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. Maha Tinggi Allah, Raja Yang Haq (Sebenarnya); tidak ada Tuhan selain Dia” (QS. Al-Mukminun: 115-116).

Baca Juga: Ramadhan, Bulan Perjuangan Dan Kemenangan

Lantas, apa sebenarnya tujuan Allah menciptakan manusia?

Khalifah di Muka Bumi

Allah Ta’ala menciptakan manusia sebagai khalifah yakni pemimpin di muka bumi ini, karenanya kita adalah makhluk yang memiliki akal yang dapat berpikir mana yang baik dan mana yang buruk sehingga kita bisa menjadi pemimpin sesuai dengan tujuan penciptaannya manusia.

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah: 30).

Menghamba Menjadi Tugas Utama

Allah Ta’ala tidak menciptakan manusia untuk sebuah kesia-siaan, hanya untuk bermain-main dan bersenda gurau saja, melainkan Allah menciptakan kita untuk sebuah tugas utama dan paling mulia yakni beribadah kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman:

وَماَ خَلَقْتُ الجِنَّ والاِنْسَ الَّا لِيَعْبُدُوْنِ (٥٦) مآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ (٥٧)

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku juga tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-57).

Dunia adalah negeri fana yang hanya menjadi tempat perehatan sementara, setelah melayangnya ruh dari jasad kita maka sirnalah hiruk pikuknya dari kehidupan kita, kemudian masuklah kita di alam yang jauh berbeda dari dunia yaitu akhirat dimana ditegakkan di situ pengadilan. Orang yang beramal saleh akan diberikan balasan dan orang yang berbuat keburukan akan diberikan balasan.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka berkata,’Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa.’ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jasiyah: 24).

Pada hakikatnya dunia adalah tempat kita untuk mempersiapkan diri sebaik-baik mungkin untuk mengahadapi hari itu dengan beramal shalih dan menimbun pahala, beribadah kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

…وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ (١٣)

“…Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa’: 13).  

Allah al-Malik adalah sang Raja yang menciptakan manusia untuk beribadah, bukanlah karena Allah membutuhkan kita, melainkan manusialah yang membutuhkan Allah semata. Allah tak kan kehilangan dan kekurangan apapun bila kita enggan menyembah-Nya dan manusia yang membangkang dari perintah-Nya justru akan merugi besar di akhirat kelak. Wallahu A’lam bish Shawab (Abisha/an-najma.com)

Referensi: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarh Ushul Ats-Tsalatsah

Leave A Reply

Your email address will not be published.