Khalifah Al-Mu’tashim
Teladan yang Patut Digugu dan Ditiru
Tahun 223 Hijriah. Khalifah Al-Mu’tashim tersentak. Hari itu telah sampai berita tentang pembantaian kaum muslimin oleh tentara Romawi Timur. Kaisar Romawi, Tufail bin Michael dengan seratus ribu pasukannya membantai muslim Kota Zibatroh dan Malthiya, dua kota di perbatasan antara Syam dan Turki. Laki-laki dibunuh, anak-anak disandera, dan kehormatan muslimah dinodai. Mereka juga mencincang tawanan, mencukil mata, memotong telinga dan hidung mereka. Seorang wanita muslimah Bani Hasyim yang ikut mereka sandera menjerit dengan nada pilu, “Duhai Mu’tashim….duhai Mu’tashim…!!!”
Detik itu juga, Khalifah Al-Mu’tashim beranjak dari singgasananya dan mengumumkan mobilisasi umum. Kaum muslimin segera berbondong-bondong datang, mengalir dari seluruh negeri Islam. Setelah semua pasukan siap dengan senjatanya, sang Khalifah bersiap.
Dikumpulkannya seluruh qadhi (hakim) di Baghdad. Di hadapan mereka, dibuatnya wasiat perpisahan; sepertiga harta untuk sedekah, sepertiga untuk anak-anak, dan sepertiganya lagi untuk maulanya.
Iring-iringan pasukan yang sangat besar segera bergerak ke arah musuh. Khalifah sendiri yang memimpin pasukan tersebut. Tepat tanggal 2 Jumadil Ula 223 H, pasukan Islam telah menggelar posisinya di Barat Sungai Dajlah.
Melihat besarnya jumlah kaum muslimin, pasukan Romawi mundur dari daerah yang mereka kuasai. Namun tekad sang Khalifah sudah bulat. Tawanan harus berhasil dibebaskan, nyawa kaum muslimin harus dibayar. “Negeri Romawi manakah yang paling kuat?” Tanya Khalifah Al-Mu’tashim. “Amuriyah, wahai Amirul Mukmin. Sejak Islam lahir, negeri itu belum pernah dijamah oleh kaum muslimin. Bagi Imperium Romawi, negeri itu lebih penting dari Konstantinopel.” Jawab beberapa perwira. “Negeri itu akan kita taklukkan (buka).” Tandas Khalifah dengan tegas.
Baca Juga: Khorijah bin Zaid
Hari itu pula, genderang perang ditabuh. Tak ayal lagi, pertempuran berkecamuk dengan dahsyat. Seluruh tentara Islam berjuang dengan gagah berani. Tanggal 6 Ramadhan 223 H, diiringi pekik takbir seluruh tentara Islam yang membahana, Amuriyah jatuh ke tangan kaum muslimin. Semua tawanan berhasil dibebaskan. Tentara Islam menguasai Amuriyah selama 55 hari, kemudian meluluhlantakkannya dan membakarnya, untuk kemudian bergerak ke Thorsus. Di mana para pemimpin kaum muslimin sekarang?? Wallahu A’lam bish Shawab. (Ust. Tengku Azhar/An-Najma.com)