Juwairiyah binti Harits

1

Juwairiyah binti Harits adalah sosok wanita yang mendatangkan berkah bagi kaumnya. Seorang wanita yang sangat cantik dan memesona. Menjadikan setiap yang melihatnya akan jatuh hati. Wanita bangsawan dari bani Musthaliq yang berasal dari kabilah Khuza’ah. Putri dari Abi Dhirar bin Habib ini dulu bernama Barrah. Ia merupakan istri dari anak pamannya.

Kehidupan Juwairiyah semasa jahiliyah adalah tokoh di tengah kaumnya. Ayahnya seorang kepala kabilah bani Musthaliq dan seorang pelopor dalam peristiwa perang Muraisi’. Perang yang berhasil dikalahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta pasukan dari kaum muslimin. Kejadian itu telah menewaskan Abi Dhirar sebagai pemimpin perang yang berlangsung di sebuah mata air yang disebut Muraisi’. Begitu pula dengan suaminya yang ikut tewas dalam peperangan tersebut. Imbasnya adalah kaum wanita dan anak-anak dari bani Musthaliq menjadi tawanan. Mereka diserahkan kepada para sahabat. Di antara tawanan tersebut terdapat Juwairiyah binti Harits.

Baca lainnya: Keteguhan Iman Ummu Habibah

Kala itu usia Juwairiyah genap 20 tahun. Ia jatuh ke tangan Tsabit bin Qois atau anak pamannya. Ia berusaha menyelamatkan dirinya dari kehinaan sebagai tawanan dan kerendahan sebagai seorang budak. Ia pun berupaya menebus dirinya agar Tsabit bin Qois memerdekakannya. Lalu ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rangka meminta bantuan kepada beliau untuk memerdekakan dirinya. Hati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terenyuh melihat keadaan seorang wanita dari keturunan bangsawan tersebut meminta perlindungan kepada beliau untuk membebaskan diri dari ujiannya.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, ”Apakah engkau mau dengan sesuatu yang lebih baik dari itu?”

Dengan penuh kesedihan ia berkata, ”Apa itu wahai Rasulullah?”

“Saya selesaikan perjanjianmu dari dirimu dan saya akan menikahimu.” Kata beliau.

Wajah yang cantik itu bersinar dengan penuh kegembiraan dan ia hampir tidak percaya bahwa dirinya akan selamat dari kesia-siaan dan kehinaan, ia mengatakan, “ Saya mau, wahai Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sungguh aku telah melakukannya.” Yaitu Nabi menanggung pembebasannya dan melamarnya. Juwairiyah menerima tawaran tersebut sekaligus masuk Islam.

Setelah Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahi Juwairiyah, sampailah kabar kepada para sahabat mengenai hal ini. Lalu mereka melepaskan semua tawanan dari perang Muraisi’ yang ada di tangan mereka. Dengan sebab pernikahannya itu, Juwairiyah telah membawa keberkahan berupa kebebasan 100 orang tawanan dari bani Musthaliq. Sungguh ini merupakan sebuah keberkahan yang agung.

Satu lagi ketaatan yang sangat menonjol pada diri Juwairiyah, ia adalah seorang wanita yang banyak bertasbih. Imam Muslim meriwayatkan dari Juwairiyah Radhiyallahu Anha,

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Pada kira-kira pertengahan siang, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda, ‘Engkau masih duduk?’ Aku menjawab, ‘Ya.”

Ummul mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha berkata tatkala menyifatkan keelokan Juwairiyah, “Ia adalah wanita yang manis lagi elok, tidak ada seorang pun yang memperhatikannya kecuali akan tertarik dengannya. Ketika ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rangka meminta bantuan kepadanya untuk menyelesaikan perjanjiannya. Demi Allah tiadalah ia kecuali saya melihatnya melalui pintu kamarku, dan saya tidak melihat kepadanya sebagaimana yang saya lihat.”

Sesungguhnya pernikahannya dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  mendatangkan barakah dan kebaikan. Musibah pertama yang menimpa kaumnya, keluarga dan kerabatnya kemudian berubah dengan sebabnya kekuatan Allah Ta’ala  dari kondisi peribadatan dan kesyirikan mereka menjadi orang-orang merdeka, bercahaya dengan keimanan dan kemuliaan Islam. Maka yang demikian itu menjadi pelajaran bagi orang yang selalu bertanya-tanya tentang hikmah di balik poligami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Fadhilah Al-Ulya/an-najma.com)

1 Comment
  1. […] mari jangan lewatkan, klik disini […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.