Serial Qolbun Salim #8
Waspadalah! Terhadap Predator Amal
Amalan-amalan yang baik tidak selamanya aman dari hal yang dapat mengotorinya. Banyak faktor yang dapat melenyapkan pahala amalan baik. Salah satunya yaitu riya’. Oleh karenanya, tetaplah waspada terhadap predator amal.
Riya’ sering kali kita dengar sehingga tak asing lagi ditelinga kita, baik diucapkan secara lisan maupun dalam tulisan. Membahas tentang riya’ sangat penting karena berkaitan dengan tauhid, sedangkan tauhid sendiri merupakan inti dan poros dari agama. Oleh sebab itu, riya’ menjadi salah satu sifat buruk yang harus dipahami agar bisa terhindar darinya.
Hakikat Riya
Ketahuilah! Riya’ itu sesuatu yang samar, sehingga terkadang menimpa seseorang tanpa disadari. Makna Riya’ sendiri adalah amalan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan Ridha manusia. Baik berupa pujian , ketenaran atau suatu amalan yang dilakukan untuk dipandang manusia.
Riya’ juga dapat diartikan sebagai sikap ingin dipuji atau disanjung orang lain atas perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang berbuat riya’ termasuk golongan yang celaka. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Ma’un yang artinya, ”Tahukah kamu (orang) orang yang mendustakan agama ? maka itulah orang yang menghardik anak yatim, tidak mendorong memberi makam orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya’ dan enggan (memberikan) bantuan” (QS. Al-Ma’un: 1-7)
Syirik kecil yang Paling ditakuti Rasulullah
Riya’ merupakan syirik kecil yang paling ditakutkan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam karena perkara riya’ tersebut akan menimpa umatnya. Hal ini berdasarkan sabda beliau, “Sesungguhnya sesuatu dosa yang paling aku takutkan akan menimpa kalian adalah syirik kecil.’ Maka mereka( para sahabat) bertanya: ’Apa yang dimaksud syirik kecil itu?’ Beliau menjawab: ‘Syirik kecil adalah Riya’. Allah Ta’ala tatkala berkata pada hari kiamat apabila Dia telah memberikan balasan terhadap amal perbuatan manusia; Pergilah kalian kepada orang-orang terdahulu sewaktu di dunia kalian berbuat riya’ (pamer) kepada mereka. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan (atas perbuatan kalian) di sisi mereka?’” (HR. Imam Ahmad)
Ciri Dasar Perbuatan Riya
Ada tiga ciri dasar yang merupakan akar dari perbuata riya’, yaitu:
- Serius dan giat belajar ketika mendapat pujian, dan sebaliknya. Bahkan cenderung akan melepas tanggung jawab atas pekerjaan tersebut apabila ada orang lain yang mencela.
- Saat bekerja kelompok akan sangat bersemangat dan profesional, namun menjadi sangat malas saat mengerjakan sesuatu sendirian.
- Jika berada dihadapan banyak orang akan merasa diawasi dari perbuatan yang melanggar perintah Allah Ta’ala. Sebaliknya, saat orang lain tidak meliat maka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela.
Ali bin Abi Thalib menyebutkan ciri-ciri riya’ dalam jiwa seseorang di antaranya yaitu malas jika seorang diri, giat jika ditengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika mendapat celaan.
Riya’ mengalir pada diri setiap manusia melalui aliran darah. Tujuannya untuk mengusik dan membuyarkan semua amal perbuatan mereka. Riya’ ini sangat banyak macam antara lain: Riya’ badani (fisik), riya’ dalam berpakaian, riya’ dalam perkataan, riya’ dalam amal perbuatan dan riya’ dengan para sahabat dan kerabat.
Dampak bahaya riya’ bagi amal perbuatan adalah menyia-nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknya dan tujuan luhurnya, serta membatalkan amal shalih dan meleburnya. Oleh karenanya, tetaplah waspada terhadap predator amal. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah:
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menampakkan hartanya karna riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kiamat. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir” (QS. Al-Baqarah : 264)
Solusi mengatasi riya’ adalah dengan mengetahui bermacam-macam tauhid tentang keagungan Allah Ta’ala, yaitu mengetahui Allah dengan segala nama dan sifat-Nya. Dengan mengingat Allah akan membersihkan hati dari kelemahan, serta mengetahui balasan kenikmatan yang dijanjikan Allah Ta’ala di akhirat.
Setelah mengetahui buruknya sifat riya, tentu sebagai seorang muslim kita harus berhati-hati dan bersungguh-sungguh menjauhi sifat riya’ karena sifat riya’ sangat dibenci oleh Allah Ta’ala. Di samping usaha tentu kita harus memperbanyak bertawakal dan selalu mengingat Allah agar kita terhindar dari sifat riya’. Wallahu A’lam bish Shawab (@Luthfiaaini16/ an-najma.com)
[…] Baca Juga […]