KEDERMAWANAN ZAINAB BINTI JAHSY
Banyak riwayat yang telah mengisahkan kedermawanan Zainab binti Jahsyi. Ia adalah seorang wanita yang sangat terampil. Dengan keterampilan yang dimilikinya itu ia berhasil mendapatkan imbalan. Kemudian hasil dari jerih payahnya itu ia sisakan sedikit untuk fakir miskin. Sebab kebaikan yang ada pada dirinya, ia disifati dengan orang yang bertangan panjang, maksudnya adalah yang banyak bersedekah. Istilah ini memiliki makna yang berbeda bahkan berlawanan dengan istilah tangan panjang dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, tangan panjang memiliki konotasi yang buruk, yaitu orang yang suka mencuri.
Jelas bahwa kedermawanan Zainab ini sudah sangat terkenal bahkan di antara penduduk langit. Allah Ta’ala kemudian menikahkannya dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menjadi wali bagi Zainab.
Imam Muslim, Imam An-Nasa’i, dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, “Ketika masa iddah Zainab habis, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Zaid, ‘Ingatkan Zainab padaku.’ Zaid berangkat hingga tiba di tempat Zainab yang ketika itu sedang mencampur tepungnya. Zaid berkata, ‘Ketika aku melihat Zainab, ia terasa agung di hatiku, hingga aku tidak kuasa melihatnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut namanya. Aku menyuruhnya membelakangiku dan ia pun membelakangiku. Aku katakan kepadanya, ‘Hai Zainab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku untuk menyebut namamu.’ Zainab berkata aku tidak mengerjakan apa-apa, bahkan perintah-perintah Allah Ta’ala sekali pun.’ Zainab pergi ke tempat biasa ia shalat. Setelah itu, turunlah ayat, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang dan masuk ke tempat Zainab tanpa izin.”
Sebelum menikah dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Zainab adalah istri dari Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sayangnya, pernikahan Zainab dengan Zaid ini tidak berjalan dengan harmonis sehingga Zaid kerap kali berkonsultasi dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menceraikan istrinya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sempat melarangnya, namun akhirnya beliau mengizinkan Zaid menceraikan Zainab setelah turun wahyu Allah Ta’ala atas perceraian sekaligus kebolehan seorang ayah angkat mengambil istri dari mantan istri anak angkatnya.
Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mani’ dengan sanad shahih meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu yang berkata,
”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan resepsi pernikahan dengan Zainab, kemudian kaum muslimin kenyang dengan hidangan roti dan daging. Setelah itu, Rasulullah keluar dan berbuat seperti yang biasa beliau perbuat jika habis menikah. Rasulullah datang kepada para istrinya, mengucapkan salam kepada mereka, mereka mengucapkan salam kepada beliau, mendoakan mereka, kemudian pulang bersamaku.”
Pernikahan keduanya berlangsung dengan pemberian sedekah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam kepada Zainab sebesar 400 dirham. Zainab sendiri merupakan sepupu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau telah Islam sejak periode Makkah dan ikut hijrah ke Madinah bersama kaum muslimin lainnya. Adapun pernikahan mereka adalah atas perintah dari Allah Ta’ala.
Zainab binti Jahsyi adalah seorang wanita yang shalihah, bertakwa, dan memiliki keimanan yang jujur. Yang demikian itu telah disaksikan oleh istri kedua Rasulullah, Aisyah Ummul Mukminin, di mana ia berkata:
“Saya tidak melihat wanita yang lebih baik agamanya dari pada Zainab. Ia wanita yang paling bertaqwa kepada Allah Ta’ala, paling jujur pembicaraanya, paling senang menyambung hubungan saudara serahim, paling besar shadaqahnya, dan yang berusaha semaksimal mungkin untuk beramal, bershadaqah, dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.”
Zainab binti Jahsy adalah wanita yang sangat mulia dan sangat baik, yang bisa membuat makanan dengan kedua tangannya dengan hasil yang baik. Ia menyamak kulit dan melubangi serta menyedekahkan hasilnya kepada fakir miskin. Sikap dan teladan diberikan kepada beliau masih sangat relevan ditiru bagi umat muslim masa kini. Bahwa kekayaan yang Allah Ta’ala berikan kepada setiap hamba, sejatinya adalah sebuah titipan dan juga ladang untuk terus memupuk amal dan keimanan.
Belajar dari kedermawanan Zainab binti Jahsy, bukan hal yang mustahil untuk mengikuti setiap karakter baik yang telah dicontohkan oleh para pendahulu. Meski untuk mencapai atau menyamai derajat mereka adalah sebuah hal yang masih di luar nalar manusia, namun bukan hal yang tak mungkin untuk konsisten pada salah satu amal baik yang telah diajarkan oleh Sang Rasul. Niatkan segala amal ikhlas karena Allah Ta’ala. Mulailah menjadi hamba yang taat dengan menelaah setiap firman yang telah diturunkan-Nya. (Fadhilah Al-Ulya/an-najma.com)
[…] Baca Juga […]