BEKAL SAFAR OLEH UMMU SALAMAH

0

Bekal safar adalah sebutan bagi Hindun binti Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumiyah Al-Qurasyiah atau yang lebih dikenal dengan sapaan Ummu Salamah. Mengapa demikian? Karena dalam setiap perjalanan panjang yang ditempuhnya ia selalu membawa bekal, yang dengannya tidaklah seorang pun yang menemaninya melainkan orang tersebut akan dicukupi dengan perbekalannya.

Selain memiliki nasab yang mulia, Ummu Salamah merupakan wanita yang memiliki paras cantik, berwibawa, dan sangat cerdas. Pasangan dari sahabat Rasulullah ini melakukan tugasnya sebagai istri dengan amat baik. Terlebih dalam memenuhi janji, taat, dan menegakkan hak-hak firasy yang mulia. Abu Salamah sendiri adalah salah seorang sahabat agung yang telah berhijrah dua kali.

Ummu Salamah sangat mengutamakan kenyamanan suasana rumah bagi suaminya. Ia selalu mampu menciptakan suasana hangat dan bahagia di dalam rumah tersebut. Ia yang selalu ada di samping suaminya bahkan di saat penyiksaan paling keras sekalipun, sebab mereka adalah dua orang yang mengimani Allah dan Muhammad. Kemudian, demi menghindari untuk tidak tunduk pada kezaliman, Ummu Salamah bersama dengan suaminya pergi hijrah ke Habasyah dalam rangka menyelamatkan agama. Segala apa yang dimiliki dahulu mereka tinggalkan, meliputi harta, tempat tinggal, bahkan keluarga.

Hijrahnya Ummu Salamah ke Madinah

Setelah beberapa lama tinggal di Habsyah, Ummu Salamah melahirkan seorang anak yang bernama Salamah. Setelah masa pemboikotan berakhir dan setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, maka mereka pun kembali ke kampung halaman bersama para sahabat yang lainnya.

Selain ke Habasyah, tujuan hijrah yang lain ialah Madinah. Setelah Rasulullah memberi izin, Abu Salamah beserta keluarganya pun berangkat. Namun hijrah kali ini benar-benar mengandung kisah yang sangat menyakitkan bagi Ummu salamah dan keluarganya.

Tatkala keluarga tersebut sudah bertekad kuat untuk hijrah ke Madinah, Abu salamah memberangkatkan istrinya dengan menunggangi unta beserta putranya yang saat itu berada tepat di pangkuan Ummu Salamah. Ketika itu, orang-orang dari kaum Mughirah yang merupakan kaum Ummu Salamah tidak memberinya kesempatan untuk pergi hijrah bersama suami dan anaknya. Karena keluarga tersebut dihalau oleh bani Mughirah, bani Asad yang merupakan bani Abu Salamah marah dan merebut Salamah. Mereka tidak ingin membiarkan Salamah ikut bersama ibunya.

Kejadian itu membuat Ummu Salamah merasakan kesedihan yang amat dalam. Hatinya bagaikan sudah terkoyak-koyak sebab dipisahkan dari suami dan anak yang sangat ia cintai dan rindukan itu sendirian. Setiap pagi ia pergi mendatangi tempat kejadian terpisahnya ia dengan keluarganya. Mengenang saat-saat mereka dipisahkan dengan tipu daya. Hingga Ummu Salamah menangis sepanjang hari sampai malam tiba.

Selama kurang dari satu tahun kesedihannya berlangsung, hingga akhirnya bani Asad mengembalikan anaknya sebab rasa kasihan dan membiarkan Ummu Salamah menyusul suaminya ke Madinah. Ia pun menunggangi kudanya bersama anaknya dan pergi tanpa ada orang lain selain mereka berdua. Hingga kemudian di pertengahan jalan ia bertemu dengan Utsman bin Thalhah. Melihat kondisi tersebut, Utsman tidak membiarkan wanita itu melanjutkan perjalanan sendirian. Utsman lalu menuntun unta yang ditunggangi Ummu Salamah hingga tiba di Madinah.

Pertama kalinya Ummu Salamah berada di Madinah dan menjadi wanita pertama yang hijrah ke daerah tersebut. Sebagaimana ia juga salah seorang wanita pertama yang hijrah ke Habasyah.

Di Madinah mereka hidup dengan damai. Salamah mendapat didikan yang islami dari ibu yang begitu cerdas. Abu Salamah juga mendapat perhatian yang sangat baik dari istri yang mulia tersebut. Di Madinah Abu Salamah ikut berjihad pada perang Badar dan Uhud. Pada peperangan tersebut Abu Salamah terkena panah di lengannya. Pada pertarungan lain, Abu Salamah mendapat luka yang lebih parah dari sebelumnya. Rasulullah datang untuk menziarahinya selama ia sakit sampai Abu Salamah meninggal dunia.

Telusuri lainnya

Ummu Salamah Memilih Rasulullah

Ummu Salamah menghadapi musibah tersebut dengan hati yang dipenuhi keimanan dan kesabaran. Hingga ketika masa iddahnya sudah selesai, serempak para sahabat senior datang melamarnya. Hal itu merupakan kebiasaan kaum muslimin dalam memuliakan saudara-saudaranya, yaitu untuk menjaga istri-istri mereka tatkala mereka meninggal di medan jihad. Akan tetapi Ummu Salamah menolak mereka semua. Sampai akhirnya Rasulullah yang datang untuk melamarnya dan Ummu Salamah pun menyerahkan dirinya kepada Rasulullah.

Kecerdasan Ummu Salamah

Ummu Salamah menjadi ibu orang-orang yang beriman. Ia termasuk salah seorang wanita yang memiliki akal yang matang. Bisa mengetahui perkara-perkara dengan pengetahuan yang benar untuk kemudian memberikan keputusan yang tepat. Seperti Peristiwa Hudaibiyah, ketika Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berkurban. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang bersegera melaksanakannya. Rasulullah mendatangi Ummu Salamah dengan perasaan sedih setelah menceritakan kejadian tersebut.

Ummu Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau menginginkan yang demikian itu? Keluarlah dan jangan berbicara sepatah kata pun kepada mereka sampai engkau menyembelih unta yang gemuk. Kemudian panggillah tukang cukur untuk mencukurnya.”

Benar saja, setelah para sahabat melihat perbuatan Rasulullah lantas mereka bangkit dan melakukan hal yang demikian pula.

Itulah sosok ummul mukminin Hindun binti Umayyah (Ummu Salamah). Ia mencegah kesalahan dan tidak takut terhadap celaan para pencela. (Fadhilah Al-Ulya/ an-najma.com)

No Comments
  1. […] Telusuri lainnya […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.