Fuqaha Generasi Tabi’in #6

0

Tabi’in Ahli Tafsir, Mujahid bin Jabir

Generasi sahabat Nabi merupakan generasi yang telah sukses menjalankan misinya. Bukti kesuksesan tersebut terbukti ketika mereka berhasil mendidik beberapa murid dari generasi  tabi’in yang kepopulerannya tidak jauh berbeda dengan guru-gurunya. Salah satu generasi tabi’in yang populer dan fenomenal yang merupakan hasil edukasi dari sahabat familiar Ibnu ‘Abbas di Makkah adalah seorang tabi’in ahli tafsir, Mujahid bin Jabir.

Nama dan Gelar Mujahid bin Jabir

Nama lengkap dari Mujahid bin Jabir adalah Abu al-Hajjaj Mujahid bin Jabir al-Makki al-Makhzumi al-Muqri’. Selain terkenal sebagai seorang mufassir, Mujahid juga dikenal sebagai muhaddits, hafiz, faqih, dan muqri’ serta ahli dalam beberapa disiplin ilmu yang digelutinya. Sebuah gelar yang sangat jauh dari apa yang kebanyakan orang kejar saat ini, ini bukanlah suatu gelar yang tertulis di atas secarik kertas. Tapi memang gelar yang terpatri di hati siapa pun yang mengenalnya. Bahkan hingga nyawa tak lagi di kandung badan. Ribuan abad yang lalu hingga detik ini, gelar tersebut masih tersemat indah dengan goresan tinta emas sejarah. Seseorang yang Allah berikan kapasitas yang sama dalam akal dan karunia waktu 24 jam dalam masa hidupnya mampu meraup gelar yang tidak hanya satu, tapi lima sekaligus, bahkan bisa jadi lebih. Bahwa dalam dirinya, ia menyimpan hadits-hadits Rasulullah sehingga gelar muhaddits ada di belakang namanya. Begitu juga hafiz, seorang yang hafal Al-Qur’an yang juga disebut sebagai muqri’nya serta mufassirnya. Tidak ketinggalan gelar fakihnya yang menandakan ia adalah orang yang paham akan ilmu seputar permasalahan dalam agamanya. Ibnu Hibban, seorang ulama ternama dalam bidang hadits dengan kitabnya yang terkenal, Shahih Ibnu Hibban, berkata mengenai Mujahid bin Jabir: “Mujahid adalah orang yang fakih, wara’, rajin beribadah, dan cermat.”

Perjalanan dalam Menuntut Ilmu

Tokoh ini dilahirkan di Makkah, sebuah kota yang mulia dengan julukan ummul qura, yang juga menjadi tempat lahirnya seorang manusia mulia yang menjadi panutan sepanjang zaman, pada tahun 21 H. Lahir dari keluarga muslim pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Pada masa ini, bisa dipastikan masih banyak sahabat senior yang bisa ditemui dan menimba ilmu darinya. Mujahid Banyak mengambil periwayatan dari Ibnu ‘Abbas yang diberi gelar oleh Rasulullah ﷺ dengan sebutan turjumanul qur’an.  Berguru pada seorang yang mendapat gelar langsung dari Rasulullah ﷺ sebagai orang yang mempunyai kemampuan menafsirkan Al-Qur’an adalah kesempatan emas. Sehingga Mujahid benar-benar tidak melewatkan kesempatan ini sampai ketika sang guru sudah tiada, maka beliaulah yang meneruskan estafet ilmu tersebut kepada generasi selanjutnya.

Baca juga

Perkataan Ulama Lain Tentang Mujahid bin Jabir

Imam adz-Dzahabi memberikan gambaran tentangnya dengan mengatakan, “Mujahid bin Jabir adalah seorang imam, syekhnya para qurra’ dan mufasirin, Abu al-Hajjaj al-Makki, berkulit hitam, maulanya as-Sa’ib bin abu as-Sa’ib al-Makhzumi. Mujahid mengambil banyak periwayatan dari Ibnu ‘Abbas dan meriwayatkannya dengan sangat baik. Darinya juga dia mempelajari Al-Qur’an, tafsir, dan fikih.” Tidak hanya itu, tapi Mujahid juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang merupakan seorang syaikh yang banyak meriwayatkan hadits.

Mujahid telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam bidang Al-Qur’an dan ilmu. Hal tersebut dikuatkan dengan berbagi riwayat yang keluar dari lisannya, yaitu di mana pada suatu hari, al-Fadhl bin Maimun pernah mendengar Mujahid menjelaskan kadar ketelitiannya dalam bermuamalah dengan Al-Qur’an dengan perkataannya,  “Aku membacakan al-Qur’an dengan hafalan kepada Ibnu ‘Abbas sebanyak tiga kali, aku berhenti pada setiap ayat untuk bertanya kepadanya tentang sebab diturunkannya ayat tersebut dan bagaimana itu terjadi.” Dari pengakuan ini bisa ditarik satu kesimpulan bagi para tholibul ilmi, hendaknya seorang tholibul ilmi tidak menyia-nyiakan sebuah kesempatan ketika bertemu dengan gurunya, yaitu dengan menanyakan berbagai hal yang masih belum dipahami. Dengan begitu seorang guru pasti akan menjelaskan dengan lebih detail dan gamblang mengenai pertanyaan yang ditanyakan. Dan bahwasanya bertanya juga mampu membuka pengetahuan sebagaimana disebutkan dalam sebuah perkataan, “Ilmu itu adalah gembok, dan kuncinya adalah bertanya.”  

Mathar al-Warraq, salah seorang yang hidup sezaman dengan Mujahid, memberikan kesaksian tentang ilmunya melalui perkataannya, “Orang yang ahli dalam bidang halal dan haram yang aku ketahui adalah az-Zuhri, dan yang ahli dalam bidang Al-Qur’an yang aku ketahui adalah Mujahid.” Hal ini membuktikan bahwa Mujahid adalah orang yang ahli dalam bidang tafsir Al-Qur’an.

Betapa agungnya seorang Mujahid karena para sahabat Rasulullah ﷺ pun memuliakannya, sebab Mujahid adalah murid mereka yang pandai. Mujahid sendiri yang berkata tentang kedua sahabat Rasulullah ﷺ, “Kerap kali Ibnu Umar memegangi sanggurdi binatang tungganganku (ketika aku hendak menungganginya). Dan kerap kali Ibnu ‘Abbas memasukkan jari-jarinya ke ketiakku (untuk membantuku naik).” Inilah bukti bahwa orang yang memiliki ilmu pasti akan dimuliakan karena kesungguhan dan kemampuannya dalam mempelajari suatu ilmu. Sehingga masyhur menjadi rujukan bahwa Mujahid bin Jabir adalah tabi’in yang ahli tafsir. Wallahu A’lam. (Iffah/an-najma.com)

REFERENSI

Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, Ummul Qura: Jakarta Timur,2015

No Comments
  1. […] Baca Juga […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.