Larangan Keras Berbuat Syirik

0

Larangan keras berbuat syirik dijelaskan oleh Syaikh ‘Utsaimin, beliau mengatakan bahwa larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu beribadah kepada selain Allah.

Kita semua sama-sama mengetahui bahwa Allah adalah Rabb alam semesta, yang menciptakan kita dan orang-orang sebelum kita, yang menciptakan hamparan bumi yang luas untuk kita mencari nafkah, dan yang menurunkan hujan untuk menyuburkan tanaman sebagai bentuk rezeki untuk para hamba-Nya,  pun telah diketahui bersama bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan yang patut untuk kita sembah, dan tidak menjadikan yang lain sebagai tandingan atau sekutu bagi-Nya.

Allah Ta’ala berfirman dalam kitabnya yang mulia,

الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“(Dialah) yang menjadikan bagimu bumi (sebagai) hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kamu. Oleh karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 22)

Allah juga kembali menegaskan dalam surah An-nisa ayat 36,

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا 

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.”

Dalam ayat di atas jelas Allah memerintahkan kita untuk beribadah, memerintahkan kita untuk bertauhid dan larangan berbuat syirik. Begitu juga Allah telah memberikan kabar dalam surah An- Nisa ayat 48 yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tetapi Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya.”  Maka dari ayat tersebut telah jelas bahwa seseorang yang berbuat syirik, maka Allah tidak mengampuninya jika orang tersebut tidak bertobat dari perbuatan syirik tersebut.

Adapun untuk dosa-dosa selainya, semua itu berada di atas kehendak-Nya, jika Allah berkehendak Dia akan mengampuninya bagi orang yang menemui-Nya dengan membawa dosa itu, dan jika Dia berkehendak, Dia mengazabnya karena dosa itu. Hal ini menunjukkan bahwa memang sudah seharusnya seorang hamba itu khawatir terhadap dosa syirik ini.

Makna syirik

Istilah syirik bukanlah hal yang langka di kalangan umat muslim, bahkan sudah seharusnya seseorang yang mengaku dirinya muslim mengetahui tentang larangan syirik beserta bahaya yang ada di dalamnya. Sebab hak yang paling agung adalah hak Allah. Maka tidaklah pantas bagi seorang muslim mengabaikan hak-hak Allah termasuk meninggalkan perbuatan syirik ini.

Secara bahasa syirik adalah mempersekutukan, adapun secara istilah maknanya, perbuatan seseorang yang menyekutukan Allah, dan pelakunya biasa disebut musyrik. Lebih jelasnya Syirik adalah menyerupakan makhluk dengan al-Khalik (Allah) Ta’ala dalam hal-hal yang merupakan sifat khusus Ilahi, seperti menggantungkan doanya, rasa takut, berharap, tawakal dan macam-macam ibadah lainnya kepada selain Allah. Barang siapa menggantungkan hal tersebut kepada makhluk, maka ia telah menyerupakan makhluk itu dengan Allah. Nas’alullahal ‘afiyah.

Baca juga

Macam-Macam Syirik

Syaikh ‘Utsaimin mengelompokkan syirik menjadi dua; syirik akbar (besar) dan syirik asghar (kecil). Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah Ta’ala. Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat kepada-Nya.

Adapun syirik kecil, ia tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, namun ia mengurangi tauhid dan merupakan perantara kepada syirik besar. Syirik kecil dapat merusak amal ibadah dan pelakunya termasuk orang yang merugi. Syirik kecil terbagi menjadi dua; dzahir (nyata), seperti bersumpah pada selain Allah Ta’ala, dan khafi (tersembunyi) seperti riya’ dan sum’ah.

sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam yang artinya,

Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil”, mereka (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil?”, beliau berkata, “Riya’, pada hari kiamat tatkala manusia dibalas amal perbuatan mereka maka Allah berkata kepada orang-orang yang Riya’, “Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian Riya’ kepada mereka (mencari pujian mereka -pen) semasa di dunia, maka lihatlah apakah kalian akan mendapatkan ganjaran kalian dari mereka?” (HR. Ahmad)

Syirik Adalah Kedzaliman Terbesar

Disebutkan dalam kitab Al-Minhah al-Ilahiyah fii Tadzhib Syarh Ath-Thahawiyah, “Sezalim-zalimnya kezaliman secara mutlak adalah syirik, dan seadil-adilnya keadilan adalah tauhid. Sebagaimana kezaliman itu merusak bagusnya perbuatan, maka syirik pun akan merusak suatu ibadah dan penyembahan.” Maka dari sini kita bisa memahami bahwa syirik merupakan kezaliman yang nyata, kezaliman yang benar-benar akan merugikan seseorang yang melakukannya.

Sebagaimana yang telah Luqman wasiatkan kepada anaknya dan Allah abadikan wasiat tersebut melalui firman-Nya dalam surah Luqman ayat 13,

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ 

“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari kezaliman di sini adalah syirik, karena syirik merupakan sebuah kezaliman yang besar, yang sudah sepatutnya kita jauhi.

Sejenak kita menengok berbagai fenomena syirik yang ada pada zaman ini yang memang meresahkan hati umat, baik perbuatan syirik yang langsung dapat dikenali seperti, menyembah matahari, memberikan sesajen, dan meminta bantuan kepada dukun. Ataupun perbuatan syirik yang sifatnya samar seperti, riya’ dalam beramal, meyakini semua yang di dapat adalah hasil sendiri, bahkan maraknya manusia membaca zodiak per hari untuk meramal bagaimana nasibnya hari itu. Wal’iyadzubillah.

Dari berbagai fenomena tersebut, sudah sepatutnya bagi kita untuk lebih menajamkan lagi titik fokus kita dalam beribadah. Jangan sampai kita mengikuti arusnya zaman, sampai lupa tujuan awal kita diciptakan. Jangan sampai kita tak sadar bahwa ternyata kita termasuk dalam golongan orang-orang yang melakukan syirik kecil, Na’udzubillah

Namun, memang begitulah halusnya syirik, ia samar, tipis sekali, sebagaimana yang di umpamakan Rasulullah bahwa riya’ itu seperti semut yang berjalan di malam hari di atas batu hitam, menandakan bahwa ia sampai tak terlihat. Hingga terkadang manusia tak sadar bahwa ia sudah masuk dalam jurang tersebut. Maka, perlulah kiranya kita melazimi doa yang telah Rasulullah ajarkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita, dan menjauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. AmiinWallahu A’lam bish Shawab (Azaria Rizki Salwa/ an-najma.com)

Referensi: Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Syarh Ushul ats-Tsalatsah

No Comments
  1. […] Baca Juga […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.