RUMAH PIPA PERMATA KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Merupakan janji Allah kepada Khadijah bahwa ia akan mendapatkan rumah pipa permata sebab keyakinannya sebagai wanita pertama yang memeluk Islam. Cintanya yang begitu dalam kepada Rasulullah menghilangkan keraguannya meski bingung dengan peristiwa turunnya wahyu yang pertama.
Kala itu Rasulullah sedang berada di gua Hira, tepatnya di jabal Nur untuk menyendiri, sebab moral kaum Mekkah yang sedang tidak baik-baik saja. Hal ini sering beliau lakukan selama tiga tahun lamanya. Dengan berbekal air dan roti beliau berangkat setiap bulan Ramadhan untuk beribadah dan mentadaburi kekuasaan Allah di sana.
Setiap kali beliau merenungi tentang perilaku kaum Mekkah yang masih bergulat dalam kesyirikan, beliau belum juga menemukan jalan yang tepat untuk memperbaikinya. Meski pun banyak yang percaya dan mau melindungi Rasulullah, banyak juga yang memusuhinya kala itu. Padahal di antara musuhnya tersebut adalah orang-orang yang percaya akan tanda-tanda kenabian yang beliau miliki, namun mereka mengingkari. Selama ini mereka beranggapan bahwa yang pantas menjadi nabi hanyalah dari Bani Israil sebagaimana nabi-nabi terdahulu bukan dari Bani Quraisy.
Tepat di usia beliau yang ke-40 tahun, Jibril menemuinya tepat di gua Hira saat beliau ber’uzlah. Wahyu yang dibawa Jibril ialah surah al-A’la sejumlah lima ayat pertama. Jibril datang kepada nabi, sedang nabi dalam keadaan tidur nyenyak, seorang diri dalam gua yang gelap sekali, dan di tengah malam yang gelap gulita pula. Kedatangan Jibril sangat tiba-tiba dan sangat mengejutkan serta dengan suara yang sangat keras. Lebih-lebih selama ini beliau belum pernah mengenalnya, sehingga beliau terbangun dengan perasaan terkejut dan takut, hati berdebar-debar, tubuh gemetar, terlebih setelah beliau dipeluk dan didekap dengan sekeras-kerasnya oleh Jibril.
Akhirnya beliau pulang ke Makkah dengan keadaan seperti itu. Setiba di muka rumahnya, yaitu pada waktu menjelang subuh, dengan tergopoh-gopoh dan dengan suara yang sangat ketakutan, beliau memanggil keluarganya sambil berseru-seru dengan suara keras dan parau.
Khadijah, ketika mendengar suara suaminya yang sangat dicintainya itu segara membukakan pintu rumahnya. Dilihatnya Nabi dalam keadaan gemetar, napasnya terengah-engah, suaranya parau, mukanya pucat, seolah-olah beliau sedang sakit. Karena itu, setelah beliau masuk ke dalam rumah, dengan segera Khadijah menyelimuti badan beliau yang kelihatan sangat kedinginan itu.
Kemudian timbullah rasa khawatir pada diri Khadijah terhadap Nabi, karena selama ini, sejak mereka hidup bersama-sama selaku suami istri, Khadijah belum pernah melihat keadaan Nabi seperti itu, mukanya sangat pucat, napasnya terengah-engah, badannya menggigil kedinginan, dan keringatnya senantiasa bercucuran. Khadijah berdiam diri dengan hati yang gelisah dan senantiasa memperhatikan apa-apa yang sedang dirasakan oleh suaminya yang tercinta itu.
Karena bingung apa yang harus dilakukan terhadap kondisi tersebut, Khadijah memilih untuk mendatangi Waraqah bin Naufal berharap bisa memberikan solusi atas kejadian tersebut. Khadijah pergi untuk menemui Waraqah dengan meninggalkan Nabi dalam keadaan tidur. Sesampainya di sana dia menceritakan peristiwa yang dialami Nabi. Waraqah kala itu adalah seorang yang sudah agak lanjut usianya dan sudah menganut agama Masehi serta telah mempelajari isi kitab Taurat dan Injil.
Demi didengarnya cerita Khadijah, dia diam saja, dan setelah selesai Khadijah menceritakan apa yang terjadi atas suaminya, Waraqah pun berkata, “Kuddus, Kuddus! Demi Tuhan yang diri Waraqah di tangan kekuasaan-Nya, jikalau engkau membenarkan aku, hai Khadijah, sesungguhnya telah datang kepada Muhammad Namus Akbar yang pernah datang juga kepada Musa dahulu, dan sesungguhnya Muhammad adalah seorang nabi bagi umat ini.”
Mengetahui perihal itu, Khadijah merasa sangat gembira. Dia bergegas menemui Nabi untuk mengabarkan berita baik itu. Dan seketika itu ia adalah wanita pertama yang langsung membenarkan kedatangan Rasul yang diutus tersebut. Tanpa basi-basi dan banyak bertanya Khadijah pun langsung mengakui bahwasanya dia beriman kepada Rasulullah. Oleh sebab itu, ia menjadi wanita pertama yang mengikuti beliau dan mengerahkan segala apa yang ia punya untuk jalan dakwah Islam.
Sebab kesetiaan Khadijah sebagai istri Rasulullah, beliau sangat mengistimewakannya di antara istri-istri yang lain. Sebab keimanannya yang mantap pula ia mendapat ganjaran rumah dari pipa permata di surga kelak.
Maka sangat pantas Khadijah sebagai panutan bagi seluruh Muslimah. Ketaatannya terhadap Rasulullah, menjadikannya wanita yang paling mulia sepanjang zaman. Meski banyak yang memusuhi Rasulullah tapi Khadijah tetap menjadi pembela bahkan berkorban demi perjuangan beliau. Seseorang yang paling mengkhawatirkan pasangannya dan sigap menindaki banyak hal baru yang dihadapi Rasulullah.
Adapun rumah yang berasal dari pipa permata, karena ia meraih pipa perlombaan kepada Islam dalam arti bahwa ia lebih cepat masuk Islam dari pada orang lain. As-Suhaili berkata: “ Ada catatan penting pada sabda Nabi, ‘ Rumah dari pipa permata,’ dan beliau bukannya bersabda, ‘dari pipa intan berlian,’ karena kata, ‘Rumah dari pipa permata,’ tersebut mempunyai korelasi, yaitu karena Khadijah berhasil mendapatkan pipa perlombaan dalam bentuk ia bersegera beriman daripada orang-orang lain.”
Ulama lain menambahkan korelasi sabda Nabi di atas dari sisi kelurusan sebagian besar pipa permata, karena Khadijah mempunyai kelurusan yang tidak dimiliki orang-orang lain ia berusaha sebisa mungkin mencari keridhaan Rasulullah dan tidak ada sesuatu apa pun darinya yang membuat marah beliau seperti yang terjadi pada manusia lain.
Asal-usul pipa perlombaan adalah karena dulu orang Arab memasang pipa di arena perlombaan. Barangsiapa mampu lebih dulu tiba di pipa tersebut, ia mencabut dan mengambilnya, agar dengan cara seperti itu diketahui orang yang bersangkutan adalah pemenang tanpa menimbulkan protes dari orang lain. Kemudian pemakaian kata tersebut berkembang hingga digunakan untuk arti pemenang dan orang yang bersungguh-sungguh.
Hikmah Berharga dari Kisah Khadijah
Kisah Khadijah memberikan banyak pelajaran, bahwasanya apapun itu selama masih sebuah ketaatan maka patuhilah. Meski kala itu ia masih bingung, namun ia tetap menjadi orang yang selalu ada bersama Rasulullah. Tidak meninggalkan Rasulullah dalam keadaan payah dan sedang sakit. Khadijah adalah panutan yang baik bagi seluruh wanita terlebih Muslimah. Sangat pantas ia mendapatkan rumah dari pipa permata karena tindakannya yang mulia tersebut.
Teruslah jadi pemulai dalam sebuah kebaikan sebagaimana Khadijah! apapun hasilnya, tetap itu adalah yang terbaik. Jangan menunda-nunda hanya karena takut gagal! Allah selalu menyiapkan ganjaran terhadap sebuah kebaikan sekecil apapun. Wallahu a’lam bish shawab. (Fadhilah al-Ulya/an-najma.com)
Referensi:
- Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 145-146.
- Ahmad Khalil Jam’ah, Muhammad bin Yusuf ad-Dimasyqi, Istri-istri Para Nabi, cet. 2, (Darul Falah: Jakarta, 2002), hlm. 325-326.