HAFSHAH BINTI UMAR
WANITA PENJAGA MUSHAF PERTAMA
Nasab
Nama panjang beliau adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Riyah bin Quruth bin Rizah bin Adiy bin Ka’ab bin Luay. Ibunya adalah Zainab binti Mazh’un bin Hubaib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah. Ia memiliki dua saudara kandung yang bernama Abdullah dan Abdurrahman al-Akbar. Keberanian dan kemampuannya yang sangat baik dalam menghafal, menjadikannya wanita yang terpilih untuk menjaga mushaf pertama.
Istri Keempat Rasulullah
Hafshah adalah seorang janda yang masih cukup muda saat dinikahi oleh Rasulullah. Suami pertamanya syahid dalam peperangan. Hal ini membuat Hafshah sangat gelisah dan merasa sedih beberapa waktu.
Kala itu suami Hafshah, Khunais bin Hudzafah adalah seorang sahabat agung yang ikut dalam peperangan yang dilakukan kaum muslimin. Ia tengah beradu pedang dalam gentingnya peperangan di gunung Uhud hingga kesyahidan menjemputnya. Khunais meninggalkan Hafshah di usianya yang masih 18 tahun.
Rasa sedih ini bukan hanya dirasakan oleh Hafshah tapi dengan ayahnya juga. Umar juga merasa iba dengan keadaan putrinya sepeninggal suaminya. Naluri orangtua bergerak untuk ikut memahami perasaan putrinya. Umar pun berusaha untuk mencarikan Hafshah seseorang yang tentunya lebih baik dengan suaminya yang pertama. Umar berfikir untuk menjodohkan anaknya dengan sahabat dekatnya.
Umar pun pergi dengan perasaan yang masih belum baik. Dia berniat untuk mendatangi Abu Bakar sahabatnya yang paling dekat kala itu. Namun kebahagian belum berpihak pada Umar. Abu Bakar menolak permintaan Umar untuk menikah dengan putrinya. Semakin hancurlah hati Umar mendapati hal itu dan masih sulit untuk menerima sikap sahabatnya itu.
Belum selesai sampai di situ, kakinya tergerak untuk berangkat ke rumah Utsman bin Affan yang termasuk sahabat dekatnya juga. Namun jawaban yang sama didapatinya pada Utsman. Utsman belum siap menikah lagi kala itu sebab kesedihannya yang belum juga hilang pasca istrinya meninggal karena panyakit.
Apa yang Umar dapat membuatnya semakin kecewa dan disatu sisi merasa janggal. Ada apa sebenarnya yang terjadi. Kedua sahabat karibnya melakukan sesuatu yang membuat Umar semakin bingung. Akhirnya Umar pergi menemui Rasulullah untuk mengadukan permasalahan ini.
Rasulullah berkata, “Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Utsman dan Utsman akan menikah dengan wanita yang lebih baik dari Hafshah.” Ucapan Rasulullah membuat Umar kembali semangat dan yakin dengan apa yang Rasulullah katakan. Maka lenyaplah kegelisahannya.
Lalu Umar pergi untuk mengabarkan perihal ini kepada orang terdekatnya. Orang yang pertama didatanginya adalah Abu Bakar. Abu Bakar kemudian menjulurkan tangannya seraya meminta maaf dan berkata, “Wahai Umar, kamu tadi tidak mendapati sikap ramah pada diriku. Sesungguhnya Rasulullah telah menyebut-nyebut Hafshah sehingga saya tidak menyebarkan rahasia Rasulullah. Kalau sekiranya beliau tidak menikahinya tentu saya yang akan menikahinya.”
Seluruh penduduk Madinah mendo’akan barakah atas pernikahan Rasulullah dan Hafshah binti Umar pada bulan Sya’ban tahun ke-3 dari hijrah. Demikian pula mereka mendo’akan barakah pada pernikahan Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum binti Rasulullah pada Jumadil Akhir tahun ke-3 dari hijrah.
Demikianlah Hafshah bergabung bersama para istri nabi. Kalau bukan karena kemuliaan serta akhlak baik yang dimilikinya tentulah Allah akan menjadikan wanita lain lebih pantas untuk Rasulullah.
Hafshah binti Umar, Wanita Penjaga Mushaf Pertama
Sungguh banyak kebaikan pada diri Hafshah. Sepeninggal suaminya yang pertama ia mendapati seorang yang lebih baik. Dan Rasulullah juga mendapat istri yang pantas untuk mendukung bergeraknya Islam waktu itu.
Tatkala Rasulullah telah beralih ke sisi Allah dan kekhalifahan berada pada Abu Bakar, Hafshah adalah istri yang terpilih untuk menjaga Mushaf. Mushaf pertama yang terkandung di dalamnya tulisan Al-Qur’an yang mulia.
Selain sebagai penjaga Al-Qur’an, Hafshah juga dinobatkan sebagai wanita yang rajin berpuasa dan mengerjakan shalat malam. Hal ini menjadikan Hafshah dicintai banyak orang. Kelebihan yang lain yang ia miliki adalah hafalannya yang kuat dan kemampuan menulisnya yang masih jarang dimiliki oleh masyarakat kala itu. Ia selalu mengabadikan Al-Qur’an dalam tulisannya dan menjaganya dengan sangat hati-hati.
Demikianlah keagungan salah satu istri Rasulullah, Hafshah binti Umar, wanita penjaga mushaf pertama. Begitulah hakikatnya para istri Rasulullah, mereka bukan orang sembarangan dan yang sudah Allah pilihkan untuk Rasulullah. Maka apa masih pantas kita meninggalkan ajaran yang sudah disampaikan dari orang-orang salih terdahulu? Wallahu A’lam. (Fadhilah Al-Ulya/ an-najma.com)
[…] Telusuri lainnya […]