Serial Qolbun Salim #5
Menghias Diri dengan Sifat Tawadhu
Menghias diri dengan sifat tawadhu merupakan tugas mulia seorang muslim. Sifat tawadhu bukan semata-mata sifat merendahkan diri sendiri. Melainkan sifat rendah hati untuk tidak menampakkan apa yang ia miliki, tidak menyombongkan diri kepada orang lain, dan selalu memenuhi hak-hak orang lain terhadap dirinya. Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang muslim menghias dirinya dengan sifat tawadhu, karena sifat tawadhu merupakan cerminan akhlak yang baik.
Pengertian Tawadhu
Tawadhu secara bahasa berasal dari kata وَضَعَ-يَضَعُ-وَضْعًا yang artinya merendahkan atau التَوَاضُعُ yaitu merendahkan diri. Sedangkan dalam KBBI tawadhu dapat diartikan dengan rendah hati, taat, dan patuh.
Secara syar’i Hasan al-Basri mengatakan, tawadhu adalah kamu selalu melihat orang lain di luar sana berada dalam kondisi yang lebih baik daripada dirimu. Fudhail bin Iyadh berkata, tawadhu adalah tunduk dan patuh kepada kebenaran serta menerimanya dari siapapun, bahkan dari anak kecil, atau dari orang yang paling bodoh sekalipun.
Tawadhu, Bukan Rendah Diri
Tawadhu atau sikap rendah hati berbeda dengan rendah diri (mahanab). Tawadhu merupakan sikap yang muncul dari pengetahuan terhadap Allah, asma, sifat, kebesaran, kecintaan dan keagungan Allah. Ditambah dengan pengetahuan mengenai diri sendiri secara menyeluruh, termasuk mengetahui dosa-dosa yang dimiliki olehnya. Maka dari perpaduan keduanya lah yang melahirkan akhlak tawadhu. Hingga seorang hamba tunduk kepada Allah dan bersikap rendah hati serta sayang sesama manusia.
Adapun rendah diri lahir dari kebodohan seseorang atas perintah Allah dan hak-hak dirinya, serta perasaan tidak berdaya lagi hina. Orang seperti ini selalu merasa rendah dan terpuruk. Bahkan ada yang lebih hina dari itu adalah mereka merendahkan diri karena tidak mampu meraih keinginan dan syahwat duniawi. Seperti seorang yang ingin menggapai angan-angan dunia tetapi tidak kuasa mengupayakannya, sementara ia begitu mengharapkannya terwujud dari sesama manusia.
Tawadhulah, Niscaya Engkau Mulia
Orang yang memiliki sifat tawadhu akan memandang dirinya tidak memiliki hak terhadap orang lain, tetapi justru ia akan memandang hak-hak orang lain kepada dirinya haruslah terpenuhi. Inilah akhlak mulia yang Allah berikan kepada para hamba yang Allah cintai, Allah muliakan, dan hamba yang dekat kepada Allah.
Dalam banyak Ayat Allah memerintahkan agar setiap muslim hendaknya menghias diri dengan sifat tawadhu serta menjauhkan dirinya dari sifat sombong.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Asy-Syu’ara surah ke-26 ayat 215 yang mana Allah berfirman kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ المؤمِنِيْنَ
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS.Asy-Syu’ara’ [26]: 215)
Allah juga berfirman dalam QS Al-Isra’ surah ke-17 ayat 37 yaitu:
وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الجِبَالَ طُوْلاً
“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak mampu menjulang setinggi gunung.” (QS. Al-Isra’ [17]: 37)
Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan: Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Barang siapa bertawadhu kepada-Ku seperti ini, lalu Umar menghadapkan telapak tangannya ke arah tanah dan menurunkannya sampai bawah, lalu Umar berkata dengan firman Allah niscaya Aku akan meninggikan kedudukannya seperti ini, kemudian Umar pun membalikan kedua telapak tangannya ke arah langit dan mengangkatnya ke arah atas.” (HR. Ahmad: 309)
Jahuhi Kesombongan
Akhwat fillah yang dirahmati Allah, kesombongan merupakan akhlak tercela dan penyakit yang berbahaya, maka dari itu, kita harus berwaspada dengan sifat sombong tersebut. Karena sifat sombong akan menyeret kita dalam kebinasaan.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Al-Qashash surah ke-28 ayat 83 yang artinya:“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash [28]: 83)
Maka dengan demikian, apabila Allah memberikan kita kelebihan fisik maka janganlah kelebihan itu menjerumuskan kita pada kesombongan. Apabila kita diberi kelebihan intelektual, maka janganlah membuat kita angkuh. Begitu pula apabila kita dianugerahi harta yang lebih, maka janganlah menjadikan kita congkak. Karena itu semua tidaklah kekal, karena pada saatnya akan sirna hingga yang tersisa hanyalah pertanggung jawaban kita kepada Allah terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita.
Sungguh bagi Allah dunia dan segala segala kenikmatan yang ada di dalamnya lebih rendah dari sehelai nyamuk. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk menyombongkan dirinya kepada saudaranya seiman. Sebab, hanya Allah lah yang mengetahui derajat manusia yang sebenarnya.
Maka dengan demikian, hiasilah diri kita dengan tawadhu, karena Allah menyukai seorang hamba yang rendah hati, dan Allah membenci seorang hamba yang rendah diri. Serta jauhilah sifat sombong di dalam diri kita karena Allah tidak menyukai seorang hamba yang memiliki sifat sombong. WallahuA’lam bish Shawab. (@Rumaisha07/ an-najma.com)
Refrensi:
- Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim ( 13 Cara Mencapai Akhlak Mulia), Cetakan II, Pustaka Imam Syafi’i, 2014.
- A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Cetakan XVI,Pustaka Progressif, Surabaya, 1997.
[…] Baca juga […]