SAUDAH BINTI ZAM’AH
Istri Kedua Setelah Khodijah
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah masih sangat merasakan kesedihan yang mendalam. Sebab Khadijah adalah wanita yang sangat dicintai oleh Rasulullah, begitupun pengorbanannya yang begitu besar kepada Islam membuat kaumnya sangat kehilangan. Terlebih di tahun yang sama, Rasulullah juga kehilangan pamannya Abu Thalib. Tahun itu menjadi tahun duka cita bagi Rasulullah.
Lain kisah lagi, tuduhan terhadap Rasulullah yang senang bermain wanita di masa dudanya. Hal ini membuat para sahabat merasa sangat geram. Mana mungkin seseorang yang sangat mulia tersebut melakukan hal yang sangat keji. Karena beberapa kejadian yang dialami oleh Rasulullah, mereka menyarankan beliau untuk menikah lagi. Maka diperintahlah Khaulah binti Hakim untuk mencarikan Rasulullah istri.
Datanglah Khaulah kepada Rasulullah dengan memberi pilihan dua orang wanita. Khaulah berkata kepada Rasulullah,
“Wahai Rasulullah tidakkah engkau ingin menikah?”
“Dengan siapa?” Tanya Rasulullah.
“Kalau anda mau bisa dengan seorang gadis atau juga seorang janda.”
Rasulullah kembali bertanya, “Kalau dengan seorang gadis siapa? Dan kalau dengan seorang janda siapa?”
“Kalau gadis, ia adalah putri dari seseorang yang sangat anda cintai yakni Aisyah. Kalau janda ia adalah Saudah binti Zam’ah, seseorang yang sangat beriman dan mengikutimu.”
Rasulullah menjawab, “Sampaikanlah kepada Saudah diriku.”
Maka Khaulah pun berangkat untuk menemui Saudah di rumahnya. Sesampainya di sana Khaulah berkata kepada Saudah, “Betapa besar kebaikan dan keberkahan yang Allah anugrahkan kepadamu.”
“Apa itu?” Tanya saudah.
“Rasulullah mengutusku untuk melamarmu.”
kemudian ia pergi menemui ayahnya agar membicarakan perihal ini langsung dengan khaulah. Dengan senang hati ayahnya menerima dan ingin putrinya segera menikah dengan manusia paling mulia tersebut. Kemudian ayahnya memerintahkan Khaulah untuk memanggil Rasulullah. Dengan senang hati ia langsung pergi untuk memanggil Rasulullah. Setibanya Rasulullah di rumah Zam’ah, mereka langusng melaksanakan pernikahan.
Itu lah awal mula berlangsungnya rumah tangga antara Rasulullah dengan Saudah. Istri kedua setelah Khadijah meninggal. Sudah pasti dia bukan wanita sembarangan sehingga berhasil menjadi bagian dari perjuangan dakwah Rasulullah. Beliau bukanlah wanita berparas cantik sebagaimana idealnya wanita pada zaman itu. Saudah memiliki kulit yang hitam. Usianya juga lebih tua dari Rasulullah. Pernikahan Rasulullah dengan Saudah ini bertujuan sosial, salah satunya untuk menjaga keisalaman, apalagi sepeninggal suaminya. Rasulullah ingin menyantuninya dan menjadi sanggahan terhadap orang-orang yang menganggap Rasulullah bermain wanita setelah wafatnya Khadijah.
Salah satu kemuliaan yang sangat mencolok padanya ialah kegemarannya dalam bersedekah. Ia juga termasuk wanita yang humoris dan pemberani. Pernah suatu ketika Umar memberi Saudah satu wadah berisi dirham. Oleh Saudah dirham itu ia bagikan kepada para fakir miskin. Aisyah sendiri sangat menyukai Saudah, Saudah rela memberi jatah malamnya kepada Aisyah.
Begitu mulianya sang belahan jiwa Rasulullah, meski banyak kekurangan yang dimiliki oleh Saudah, tapi dia juga memiliki banyak kemuliaan yang tidak dimiliki bahkan oleh istri-istri Rasulullah yang lain. Meski Saudah berusia senja, ia masih giat melakukan kebaikan dan siap mendampingi Rasulullah. Padahal dia sendiri tau tantangan besar yang akan dihadapi jika hidup bersama beliau.
Usia tua bukan menjadi alasan ia untuk tidak ikut dalam setiap perkara yang dilakukan Rasulullah. Meski dia jauh lebih tua dibandingkan dengan istri-istri beliau yang lain, ia tidak semena-mena untuk bertindak dalam rumah tangga Rasulullah. Bahkan ia memberikan kesan yang baik kepada sesama istri Rasulullah. Dia tidak begitu cemburu, dan ia juga banyak mengalah untuk istri yang lain.
Baca Juga: Khalifah Al-Mu’tashim
Sudah sepantasnya apa yang menjadi kebaikan dan kemulian yang dimiliki Saudah sebagai contoh. Meski harus berbagi dengan yang lain, ia tak pernah mengeluh atau bahkan merasa terbelakangi dengan dirinya yang seperti itu. Rasulullah pun sangat memuliakannya. Ia adalah suri tauladan agar kita bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Begitulah kisah Saudah binti Zam’ah istri kedua Rasulullah setelah Khadijah. (Fadhilah al-Ulya/an-najma.com)
min tolong sertakan nasabnya sekalian kalau ada…
makasih buat artikelnya, semoga bisa lebih baik
makasih makalahnya min..klo bisa sekalian ditambahi nasabnya. semoga sukses