Fuqaha Generasi Tabi’in #3

0

HASAN AL-BASHRI, GURUNYA PENDUDUK BASHRAH

Kelahirannya di Bumi Makkah Al-Mukarromah

baca sebelumnya

Ialah Hasan putra dari seorang wanita bernama Khairah resmi menjadi tawanan perang yang di dapatkan di daerah Maisan. Saat itu keadaannya tengah hamil sorang putra. Namun siapa sangka dari menjadi seorang tawanan perang, justru mengantarkannya pada salah satu rumah Nabi di kota Madinah. Ummu Salamah, istri Rasulullah mengangkatnya sebagai budak. Menjadikannya sebagai pelayan di rumahnya. Di rumah Ummu Salamah, Khairah melayani tuannya dengan sebaik-baiknya sampai tiba waktunya untuk melahirkan.

Khairah pun melahirkan putranya di rumah Ummu Salamah, dan Ummu Salamah langsung memberikan nama bagi bayinya. Bayi itu diberi nama Hasan. “Dengan berkah Allah kita beri nama ia, Hasan.” Tutur Ummu Salamah dengan sangat bahagia setelah melihat roman muka yang baik dan indah dari putra pembantunya. Dengan penuh kerendahan hati, Ummu Salamah mendoakan kebaikan untuk putranya, sehingga keberkahan dari doa ini pun terus mengalir sepanjang waktu. Dikarenakan tinggal di rumah Ummu Salamah sebagai pelayan, dan khairah, ibunya adalah orang yang begitu disiplin mengerjakan setiap pekerjannya, maka tangisan bayi yang sering ditinggalkan oleh ibunya bekerja ini menggerakkan hati Ummu Salamah untuk segera mendekat dan melihatnya. Dalam kondisi ini, tiba-tiba Ummu Salamah merasakan air susunya mengalir deras kemudian meletakan bayi ini di pangkuannya, lalu disusuinya supaya diam. Dengan begitu kedudukan Ummu Salamah bagi Hasan adalah ibu susuan.

Awal Mula Perjalanannya Menuntut Ilmu

Ketika usianya mendekati usia baligh dan tumbuh menjadi besar, Hasan sering masuk ke rumah ummahatul mukminin, hingga kedua matanya terbuka untuk mempelajari ilmu. Ia pun menemui para sahabat yang mulia untuk berguru kepada mereka dan duduk mendengarkan mereka di masjid Rasulullah.  Diantara sahabat-sahabat senior yang ia teguk ilmunya dalam-dalam adalah,

  1. Utsman bin Affan, darinya ia mengambil banyak periwayatan hadist.
  2. Ali bin Abi Thalib, Hasan telah lama mengikutinya sehingga ia dipenuhi ilmu dan ketakwaan Ali bin Abi Thalib.
  3. Abdullah bin Umar.
  4. Abdullah bin Abbas.
  5. Jabir bin Abdillah.
  6. Anas bin Malik, yang merupakan pelayan Rasulullah.

Mulai Tinggal di Bashrah

Pada usia sebelum remaja, Yasar, ayah Hasan mengajaknya untuk pindah tinggal di Bashrah, bertepatan pada saat ibu susuan Hasan, Ummu Salamah, meninggal dunia. Khairah pun pergi menyusul suami dan putranya di Bashrah dan menetap bersama mereka di sana. Bashrah menjadi titik awal dikenalnya seorang syekh yang ‘alim, ahli fikih, orang terpercaya, dan ahli hadist. Di Bashrah, Hasan bertemu dengan salah seorang ulama hebat, yaitu Abdullah bin Abbas yang sedang menyampaikan hadist dan tafsir di hadapan orang-orang di salah satu masjid Bashrah.

Hasan adalah orang yang berilmu luas, memiliki pemahaman agama yang dalam, memiliki hujjah yang kuat, terpercaya periwayatannya, ahli ibadah yang zuhud terhadap dunia, memiliki banyak ilmu, fasih dalam berbicara, berparas tampan, dan berakhlak baik. Dari Bashrah lah nama Hasan menjadi terkenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri. Nama baiknya banyak dikenal orang dan sebagai orang yang termasyhur keilmuannya hingga nama besarnya sampai kepada para penguasa dan khalifah.  

Mendapat gelar gurunya penduduk Bashrah adalah suatu kemuliaan dan kelebihan yang Allah berikan kepada Hasan Al-Bashri. Pada masa itu, kriteria yang menjadi rujukan di kota Bashrah adalah orang yang memiliki ilmu dan pemahaman agama yang dalam dan luas. Ilmu fikih adalah salah satu cabang ilmu yang sangat luas. Oleh karena itu, bagi yang ingin mendalaminya hendaknya memiliki pemahaman yang luas mengenai agama yang mulia ini. Periwayatannya yang terpercaya membuktikan bahwa Hasan Al-Bashri adalah orang yang didalamnya terkumpul berbagai karakter yang memenuhi kriteria rowi yang tsiqoh (kuat, dapat dipercaya).

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Suatu hari Khalid bin safwan bertemu dengan Maslamah bin Abdul Malik yang menayakan perihal Hasan Al-Bashri. Khalid adalah tetangga dekat Hasan Al-Bashri sehingga pengakuannya tentang Hasan Al-Bashri sangat tidak diragukan. Jawaban Khalid mengenai pertanyaan itu, “ Aku beri tahukan kepada anda bahwa aku adalah tetangganya yang dekat, orang-orang yang menghadiri pengajiannya sangat ramai, antara perkatan dan perbuatannya tidak ada bedanya, dan ia selalu mengamalkan apa yang dinasehatkannya. Jika ia memerintah kepada warga untuk melakukan kegiatan amal, maka ia adalah orang yang pertama melakukannya. Jika ia melarang sesuatu, pasti ia adalah orang yang pertama meninggalkannya. Aku melihat ia adalah orang yang tidak banyak bergantung kepada orang lain walaupun banyak orang yang membutuhkan dirinya.” Sebuah pengakuan yang indah dalam menyatakan sifat seseorang. Setelah  mendengar pengakuan ini, Maslamah mengatakan tanggapan yang lebih luar biasa, “Wahai Khalid, cukuplah! Bagaimana mungkin suatu kaum tersesat sedang orang seperti Hasan Al-Bashri ada di antara mereka!”,  dengan kata lain, bagaimana mungkin penduduk Bashrah tersesat, seadang bersama mereka ada sosok Hasan Al- Bashri.

Seorang ulama hebat sekelas Imam Anas bin Malik turut mengakui kecerdasan Hasan Al-Bashri. Hal itu ditulis dalam sejarah yang pada saat itu ada orang yang bertanya kepada Imam Anas bin Malik, beliau menjawab, “ Bertanyalah kepada Hasan Al-Bashri, karena ia adalah orang yang kuat hafalannya, sedang kami terkadang lupa.” Imam Anas bin Malik adalah salah satu ulama empat madzhab yang hafalannya tidak diragukan lagi, namun dari pernyataan ini menunjukan kerendahan hati Anas bin Malik dan kuatnya hafalan Hasan Al-Bashri. (Iffah/an-najma.com)  

baca juga

Referensi

Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, Ummul Qura: Jakarta Timur, 2015

Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Pustaka Al-Kautsar: Jakarta Timur, 2006

Leave A Reply

Your email address will not be published.