Serial Qolbun Salim #2

1

Ikhlas

Ikhlas merupakan suatu syarat diterimanya sebuah amal ibadah. Ia berupa kesucian hati dalam beribadah atau beramal untuk menuju kepada Allah. Ikhlas adalah suasana yang mencerminkan motivasi batin ke arah ibadah kepada Allah dan pembersihan hati dari kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak menuju kepada Allah. Maka menghadirkan keikhlasan dalam suatu amal ibadah sangatlah dibutuhkan, agar keikhlasan dalam suatu ibadah tidak tercampur dengan perkara-perkara duniawi. Oleh karena itu, marilah kita besama-sama menghadirkan keikhlasan dalam beribadah agar amal ibadah tersebut mendapatkan pahala dari sisi Allah.

Pengertian Ikhlas

Ikhlas dalam kamus Bahasa Arab merupakan sebuah Masdar dari kata أَخْلَصَ – يُخْلِصُ -اخْلاَصًا yaitu murni, bersih, dan tak bercampur, maksudnya tidak bercampur dengan perkara-perkara yang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ikhlas bermakna tulus hati, dengan hati yang bersih, dan jujur, maksudnya tulus dalam melakukan ibadah semata-mata karena Allah.

 Sedangkan pengertiannya secara istilah yaitu memurnikan tujuan untuk ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam segala bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu berkonsentrasi kepada Allah.

Pentingnya Keikhlasan dalam Seluruh Amal Ibadah

Allah berfirman dalam surah Shad ayat ke-83:

اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ

Artinya: “Kecuali hamba-hambMu yang ikhlas” (QS. Shad [38]: 83)

Maksud ayat di atas adalah apabila suatu amal telah tercampuri oleh harapan-harapan duniawi yang disenangi oleh diri dan hati manusia sedikit atau banyak, maka kejernihan amal tersebut telah tercemari. Karena kebanyakan manusia telah terlena dengan fitnahnya dunia. Oleh karena itu, ikhlas dalam beribadah harus hadir dalam diri kita, bahwa kita beribadah hanya karena Allah.

Sebagaimana dalam surah Al-Bayyinah ayat ke-5 yaitu:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاۤءَ

“dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah kepada Allah, dengan mengikhlaskan agama karena-Nya, lagi bersikap lurus…” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)

Maksud dari “mengikhlaskan agama karena-Nya” yaitu segala amal dan ibadah, maksudnya segala perbuatan yang bersangkutkan dengan agama, yang dikerjakan dengan kesadaran, hendaklah diniatkan ikhlas karena Allah belaka dan bersih dari pengaruh lainnya. “Menjauhkan diri dari kesesatan” yaitu condong kepada kebenaran, maksudnya menjauhkan diri dari segala apa yang dilarangan oleh Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Maka, adanya keikhlasan dalam beribadah bertujuan untuk membersihkan hati dari segala kotoran sedikit atau pun banyak sehingga tujuan amal ibadah tersebut benar-benar murni karena Allah bukan selain Allah. Perkara ikhlas dalam beribadah dapat dilakukan oleh seseorang yang mencintai Allah dan menggantungkan seluruh harapannya kepada Allah. Tidak tersisa di dalam hatinya kecintaan terhadap dunia. Bila ia melakukan amalan ibadah, maka ia akan mengerjakannya dengan ikhlas dan dengan niat yang benar. Sedangkan yang tidak bisa berbuat demikian, sesungguhnya pintu ikhlas tertutup baginya kecuali hanya sedikit saja. baca juga

Cara agar Ikhlas dalam Beribadah

Agar ibadah kita menjadi lebih bermakna dan dapat dikatakan ikhlas dalam beribadah, berikut ini ada beberapa tahap agar kita dapat melakukan ibadah dengan ikhlas sesuai dengan tuntunan yang ada, antara lain:

  1. Menpelajari aqidah tauhid dengan baik dan benar, karena dengan kita mempelajari tauhid, seorang hamba akan mengenal Allah dan akan tumbuh di dalam hatinya rasa cinta dan taat kepada Allah. Sebagaiman perkataan salafus shalih “Barang siapa mengenal Allah, maka ia akan taat kepada Allah, ia beribadah hanya untuk Allah bukan untuk dapat sanjungan manusia”.
  2. Bersemangat dalam mempelajari ilmu agama, dengan mempelajari ilmu agama seorang hamba akan tahu mana yang baik dan yang buruk. Seorang hamba akan tahu apa saja yang akan diterima oleh Allah dan yang ditolak oleh Allah.
  3. Mengetahui keutamaan ikhlas dan bahaya syirik serta riya’, jika seorang hamba mengetahui tema tersebut, maka seorang hamba akan melakukan semua amal ibadah tersebut dengan ikhlas. Seorang hamba akan menjaga amalan ibadahnya agar tidak jatuh dalam perbuatan syirik dan riya’. Seorang hamba yang tidak mengetahui bahayanya syirik dan riya, maka ia akan mudah terjangkit penyakit syirik dan riya’.
  4. Berteman dekat dengan orang-orang shalih, lingkungan sebuah pertemanan adalah faktor terbesar seseorang dapat menjadi baik dan buruk. Maka dari itu berteman dengan orang-orang sholeh sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat agar kita tidak terjerumus keperkara-perkara yang menyesatkan serta dapat mengikatkan kita dan mengaja kita untuk mendekat kepada Allah.
  5. Berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan untuk melakukan amalan ibadah dan meminta bimbingan kepada Allah agar bisa untuk ikhlas. Maka seorang hamba meminta kepada Allah taufik dan rahmat-Nya. Karena melakukan amalan ibadah dengat ikhlas sangatlah berat. Oleh karena itu kita jangan pernah bosan meminta kepada Allah agar diberi kemudahan dalam melakukan amal ibadah dengan ikhlas. Wallahu A’lam. (Rumaisha07/an-najma.com)

Referensi

  1. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Cet. IV, (Gema Insan: Depok, 2020).
  2. Ibnu Rajab Al-Hambali, dkk, Tazkiatun Nafs, Cet. 11, (Pustaka Arafah: Solo, 2020).
  3. Taufiqurrohman, Ikhlas dalam Persfektif Islam, Jurnal.
1 Comment
  1. […] Allah mengabarkan bahwa dengan sabar dan takwa, musuh tidak dapat menghalangi kita dalam menjalankan kehidupan seberat apapun. Dengan kesabaran dan ketakwaan, tipu daya musuh sehebat apapun tidak akan mendatangkan madharat. Allah juga menggantungkan kemenangan pada orang-orang yang bersabar dan bertakwa. baca sebelumnya […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.