Dunia yang Fana
عَنْ شُمَيْطٍ يَقُولُ:
” مَنْ جَعَلَ الْمَوْتَ نُصْبَ عَيْنَيْهِ لَمْ يُبَلِ بِضَيْفِ الدُّنْيَا وَلاَ بِسِعَتِهَا”
Dari Syumaith berkata:
“ Barang siapa yang menjadikan mati senantiasa dipelupuk matanya, maka ia tidak akan peduli dengan kesempitan dunia, tidak pula dengan kemewahannya.”
Hilyatul Aulia’ 3/153
Dunia itu layaknya air, apabila manusia terlalu asyik bermain dengannya, tubuh mereka akan menjadi basah kuyup. Maksudnya, jika ia terlalu memprioritaskan dunia, maka ia akan amnesia terhadap akhirat. Itulah nyatanya dunia yang fana. baca juga
Syaitan dan dunia selalu berkolaborasi untuk menyerang hati manusia, sehingga manusia dibuat terlena dengan panjang angan-angan, kesenangan yang selalu bertengger di depan pelupuk mata.
Imam Ibnu Qayyim berkata,”Pecinta dunia tidak akan lepas dari tiga hal, yaitu: gelisah yang berkepanjangan, letih yang berkelanjutan dan penyesalan yang tidak berpenghasilan.”
Oleh karena itu, jadikanlah dunia sebagai tempat berbekal menuju kampung halaman yang abadi. Dan hendaknya sewajarnya saja dalam menyikapi dunia.
Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Karena kematian adalah pemutus segala bentuk kenikmatan.
Karean kenikmatan di dunia hanyalah fana. Kenikmatan yang kekal abadi hanyalah di akhirat sana. Apa gunanya kita berangan-angan panjang sedang dunia hanyalah sementara? Tidak ada menfaatnya bagi diri kita. Perbanyaklah mengengat akhirat dan Allah semata umtuk membekali diri kita menuju akhirat yang kekal abadi di sana. Dengan memperbanyak amal sholih dan bertaqorrub kepada Allah dan menjahui maksiat yang menipu diri kita dan tak lupa mengingat hidup di dunia hanyalah sebentar, kita hanya singgah untuk menyiapkan amala yang akan menjadi bekal di akhirat nanti. Wallahu A’lam bis Shawab (Izzah Nurul Fitri/ an-najma.com)
[…] Demikianlah tiga nasihat penting yang senantiasa dinasihatkan oleh ulama satu dengan yang lain. Mengingat betapa pentingnya saling menasihati sesama orang beriman, sampai-sampai mereka tidak lepas dari tiga nasihat di atas. Hal tersebut menunjukan betapa berpengaruhnya nasihat-nasihat dalam pembentukan karakter dan kepribadian layaknya ulama-ulama salaf yang bersifat wara’, zuhud, ‘alim dan segudang akhlak terpuji lainnya. Lantas, apakah kita termasuk yang mengambil faedah dari nasihat diatas? Tentukan pilihanmu sekarang! Wallahu A’lam bish Shawab (Ittaza/ an-najma.com) baca juga […]