Fuqaha Generasi Tabi’in #1

2

Sa’id Bin Musayyib (Pembesarnya Para Tabi’in)

Generasi terbaik ummat ini adalah para sahabat, mereka bertemu, mendengar dan menerima secara langsung berbagai ilmu yang disampaikan dari bibir Rasulullahﷺ yang mulia. Bisa dipastikan, bahwa para sahabat Rasulullahﷺ tidak membiarkan ilmu itu berhenti begitu saja. Generasi kedua yang menerima estafet ilmu selanjutnya adalah mereka yang yang mendapatkan didikan langsung dari para sahabat Rasulullahﷺ, mereka adalah para tabi’in. Di masa yang mulia ini, masa yang tidak terpaut jauh dengan zaman Rasulullah ﷺ, dari kalangan para tabi’in ada satu yang bergelar sebagai “pembesarnya para tabi’in” yakni Sa’id bin Musayyib.

Setelah empat tahun Amirul Mukminin Umar bin Khaththab menjabat sebagai khalifah, lahirlah seorang bayi berdarah Quraisy dari kalangan Bani Makhzum. Ia bernama Sa’id bin Musayyib bin Hazn bin Abi Wahab bin ‘Amr bin ‘Aidz, Ibnu Imran bin Makhzum al-Qurasyi al-Madani. Huruf ya’ pada nama المسيب bertasydid dan berharakat fathah (al-Musayyab), namun ada juga yang meriwayatkan bahwa ia (Sa’id) menyebutnya dengan berharakat kasrah (al-Musayyib).

Pembesar Tabi’in Generasi Pertama

Sa’idbin Musayyibadalahpembesar tabi’in pada generasi pertama. Ia dianggap orang yang paling pandai diantara para ulama Madinah pada zamannya. Dia mengambil ilmunya dari para sahabat Rasulullah ﷺ yang senior baik dari kalanganMuhajirinmaupunAnshar. MengenaihaltersebutSa’id bin Musayyib menyatakan, “Aku mengambililmukuinidari Zaid bin Tsabit.” Sa’id bin Musayyib juga mengambililmudarimajelis-majelis para sahabat senior diantaranya, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Umar. Beliau juga mendatangirumah-rumahistriNabi sepertiAisyah dan UmmuSalamahuntukmempelajari fikih dan ilmudarinya.

Sebuah kesempatan luar biasa yang tidak dapat diraih oleh banyak orang. Sa’id bin Musayyib mendapat kesempatan secara langsung mampu menimba ilmu dari para sahabat-sahabat senior Rasulullah ﷺ. Diantara banyaknya orang yang menimba ilmu kepada sahabat pada masa itu, Sa’id bin Musayyib mendapat kehormatan dengan gelar Kibaaru Tabi’in (pembesar para tabi’in)

Berfatwa Ketika Para Sahabat Rasulullah Masih Hidup

Dikarenakan Sa’id bin Musayyib adalah orang yang paling fakih diantara para ahli fikih, paling mengerti tentang atsar, dan paling fakih dalam berpendapat. Sehingga jika ada orang yang datang ke Madinah dan bertanya mengenai orang yang paling pandai di antara para ulama Madinah dan yang paling fakih di antara para ahli fikihnya, maka penduduk Madinah akan menunjukkan kepada mereka Sa’id bin Musayyib untuk bertanya dan meminta fatwa kepadanya.

Sa’id bin Musayyib benar-benar menekuni bidang fikih dan ia hanya memerhatikan bidang tersebut. Adapun perkara fikih yang dipelajari secara khusus olehnya adalah perkara-perkara yang diputuskan Rasulullahﷺ, Abu Bakar, dan Umar. Ia mengambil sebagian ilmunya dari Zaid bin Tsabit dan mertuanya yang termasuk penghafal hadist terbanyak dari Rasulullah ﷺ, yaitu Abu Hurairah.Dari sini, sangat mungkin bagi Sa’id mendengar banyak hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Analoginya dalam Berijtihad

Mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dari berbagai fakta yang terjadi dan tidak ditemukan perkaranya di dalam nash Al-Qur’an maupun sunah,  atau perihal hukum yang belum disepakati oleh para sahabat dan belum ada fatwa yang bisa dianalogikan (qiyas) kepada permasalahan yang ditanyakan, maka Sa’id bin Musayyib akan berijtihad untuk memberikan fatwa dengan pendapatnya. Dengan tetap berada di atas kebenaran serta tidak ada penyelewengan maupun kesesatan. Oleh sebab ini, fatwa yang keluar dari orang pemberani ini senantiasa dikutip karena para ulama fikih lain yang bersandar pada logika pun memuliakannya.

‘Umran bin Abdullah Al-Khuza’i yang hidup sezaman dengannya pun pernah berkata tentanganya, “Demi Allah, aku tidak pernah melihatnya sama sekali ketika ada sesuatu yang melewati telinganya, kecuali hatinya pasti dapat menangkap dan memahaminya.”

Demikianlah kesaksian orang yang hidup sezaman dengannya menegenai ingatan dan hafalannya, dan sungguh pada masanya itu ilmu hanya bergantung pada hafalan, tidak ada tulisan maupun buku yang dapat dibaca. Satu-satunya sumber ilmu hanyalah majelis-majelis ilmu dan melakukan perjalanan kepada para pemilik ilmu dan fikih, lalu memperoleh periwayatan dan ilmu mereka. Setelah itu tumbuhlah ra’yu, ijtihad dan qiyas. Semua itu dikuatkan dengan ijma’, kecermatan periwayatan dan kejujuran seorang rawi.

Kesimpulannya, sebelum kita tutup sedikit rangkaian kisah kehidupan pembesar nya para tabi’in, bahwasanya Sa’id bin Musayyib adalah imam dari para ulama fikih di Madinah pada masa tabi’in. Ia tidak ragu untuk berijtihad jika memang diperlukan. Ijtihadnya berdasarkan asas-asas yang yang benar yang dikembalikan dan dikokohkan kepada Al-Qur’an dan sunah Rasulullah ﷺ. Demikianlah kesaksian dari salah seorang pemikir, Syaikh Muhammad Abu Zuhrah mengenai kebenaran perihal Sa’id Bin Musayyib,Sang fuqaha Madinah.Wallahu A’lam. (Iffah/an-najma.com) baca juga

Referensi

Syaikh Manna’ al-Qaththan, Sejarah Legislasi Hukum Islam,(Jakarta Timur:Ummul Qura, 2017)

Syaikh Abdul Mun’im Al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta Timur:Ummul Qura,2015)

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2007)

Ibnu Khaldun, Muqoddimah Ibnu khaldun, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2017)

2 Comments
  1. […] Dari sepenggal kisah ini, terselip hikmah besar. Bahwasanya kemuliaan manusia bukanlah diukur dari kedudukannya di hadapan manusia, atau bahkan dari parasnya. Terbukti bahwa ilmu bisa menjadikan manusia mulia dan dihormati dikarenakan ilmu yang ia cari dengan ikhlas dan mengharap ridha Ilahi. Bahkan pernah menjadi seorang budak pun tak menghalangi kemuliaan yang dimilikinya. Dari kota Nabi, Makkah yang Allah muliakan dengan Ka’bah di dalamnya ada sosok yang Allah muliakan hingga menutupi rupanya yang buruk. Atha’ bin Abi Rabbah, ahli fikih dan mufti Makkah. Wallahu A’lam bish Shawab (Iffah/ an-najma.com) baca part 1 […]

  2. matsu says

    masyaallah semangat min…

Leave A Reply

Your email address will not be published.