Mengenal Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah #1

0

Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah merupakan kitab yang tidak asing lagi di tengah kaum muslimin. Salah satu kitab yang urgen untuk dipahami dan dipelajari oleh setiap pribadi muslim. Sehingga pada An-Najma kali ini, kita akan mengulas kitab AlUshul Ats-Tsalatsah. Dimulai dari biografi penulis dan bersambung hingga akhir pembahasan dalam kitab. Insya Allahu Ta’ala.

Mengenal Sang Pemilik Karya

Beliau adalah Al-‘Allamah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barrid bin Muhammad At-Tamimi. Beliau lahir pada tahun 1115 H di ‘Uyainah, salah satu kota di Najd dan beliau tumbuh besar di kota ini di tengah keluarga yang berilmu dan taat terhadap agama Islam.

Perjalanan Menuntut Ilmu

Dalam usia 10 tahun beliau sudah fasih dalam membaca Al-Qur’an serta hafal di luar kepala, bukan hanya itu, bahkan beliau hafal matan-matan dari berbagai cabang ilmu. Beliau mempunyai ketajaman dalam memahami sesuatu, cepat menangkap informasi yang beliau dapat sehingga keluarganya pun merasa heran dengan kelebihan yang beliau miliki.

Pada masa baligh, beliau sudah menjadi imam shalat. Kemudian beliau pergi ke Makkah untuk menunaikan haji selama 2 bulan lamanya. Usai melaksanakan ibadah haji, beliau kembali ke kampung halamannya dan mulai mendalami kitab-kitab madzhab Hanbali. Lantas beliau melakukan rihlah ilmiyah ke Bashrah dan Hijaz untuk menimba ilmu kepada ‘alim ulama saat itu.

Perjalanan Dakwah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menganut pemahaman (aqidah) Ahlus Sunnah dengan pemahaman salaf yang selalu berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan Sunnah tanpa ta’wil (menetapkan sifat dan nama-nama Allah Ta’ala) dan filsafat di dalamnya. Dalam masalah fiqih beliau adalah penganut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Akan tetapi, beliau tidak bertaqlid buta pada madzhab terebut. Hal ini ditunjukkan dengan sifat beliau jika mendapati dalil yang shahih dari Al- Qur’an dan Sunnah dan dalil itu bertentangan dengan madzhab, maka beliau lebih memilih dalil yang shahih.

Beliau hidup pada zaman kemunduran Islam saat itu, karena tersebarnya kesyirikan dan bid’ah di kalangan umat Islam. Saat itu, beliau juga menjadi salah satu tokoh kebangkitan Islam. Seruan awal dakwah beliau adalah kepada tauhid serta memberantas kesyirikan yang ada pada zaman tersebut. Adapun amalan yang tersebar di Jazirah Arab kala itu adalah pengkultusan secara berlebihan kepada para wali dengan mengusap kuburan mereka serta bernadzar atas nama mereka. Di sisi lain beliau juga menyerukan kepada masyarakat untuk tidak meninggikan kuburan (di kijing). Karena sebab itulah beliau mendapat julukan Muwahhidin (sang penyeru tauhid). Adapun mengenai penamaan Wahabiyyah, maka hal itu merupakan nama yang diberikan oleh orang-orang Barat, lebih tepatnya penguasa Perancis dan pembenci dakwah beliau, agar umat Islam tertipu dengan itu semua.

Banyak orang yang menerima dakwah beliau dan banyak pula yang menolaknya sehingga beliau memilih untuk berhijrah dari kampung halamannya menuju kota Dir’iyyah. Maka, di kota itulah beliau berjumpa dengan Alu Su’ud Muhammad bin Su’ud, dan dengan rahmat Allah beliau berdua melakukan kerja sama untuk saling bahu membahu dalam berdakwah, untuk mengembalikan kemurnian agama dan menghilangkan segala bentuk bid’ah yang bertentangan dengan syari’at. Dari sinilah bermula Kerajaan Saudi Arabia.

Mengenal Kitab Matan Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Kitab “Matan Al-Ushul Ats-Tsalatsah” yang memiliki makna “Tiga Landasan Utama” merupakan karya besar seorang ulama tauhid yang bernama Al-‘Allamah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barrid bin Muhammad At-Tamimi Rahimahullahu Ta’ala.

Para ulama berbeda pendapat mengenai penamaan kitab tersebut. Di antara mereka ada yang menamakan “Tsalasatul Ushul” ada pula yang menyebutnya “Al-Ushul Ats-Tsalatsah”. Penulis kitab Al-Wajizatu Fi Syarhi Al-Ushul Tts-tsalatsah mengatakan bahwa penulis menamainya dengan “Al-Ushul Ats-Tsalatsah”. Adapun yang dimaksud Al-Ushul Ats-tsalatsah yaitu pengetahuan hamba tentang Rabb-nya, agama-nya, dan tentang nabi-Nya Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kitab AlUshul Ats-Tsalatsah merupakan buku induk yang wajib diketahui oleh setiap pribadi muslim, agar ia memiliki pemahaman yang shahih tentang dasar pokok agamanya. Sebab, setiap muslim wajib mengenal Allah, Rasul dan dinul Islam, lalu mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya. Serta bersabar terhadap berbagai gangguan yang muncul di dalamnya. Ilmu tentang Allah, Rasul, dan dinul Islam adalah ilmu yang pokok. Hal itu yang akan ditanyakan oleh malaikat kubur kepada setiap manusia saat kelak ia memasuki alam kubur. Karena pentingnya ketiga ilmu inilah, maka ia dikenal dengan Al-ushul Ats-tsalatsah atau Tsalatu Ushul yang artinya “tiga landasan pokok dan utama”.

Empat Hal yang Wajib Diketahui dalam Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita paham apa yang menjadi hal wajib untuk kita ketahui. Dalam pembahasan awal kitab Ushul Tsalatsah dijelaskan bahwa terdapat empat hal yang lazim untuk diketahui dan dipahami secara utuh dan mendalam oleh umat Islam, yaitu; 1. Ilmu, yaitu mengenal Allah , mengenal Nabi-nya dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil nya. 2. Amal, yaitu menerapkan ilmu ini. 3. Da’wah yaitu mengajak orang lain kepada ilmu ini. 4. Sabar, yaitu tabah dan teguh dalam menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkan dan berda’wah kepadanya. Dalilnya yaitu firman Allah Ta’ala:

Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati supaya menaati kebenaran, dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-’Ashr [103]: 1-3)

Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah mengatakan, “Seandainya Allah hanya menurunkan surat ini saja sebagai hujah untuk makhluk-Nya, tanpa hujah lain, sungguh telah cukup surat ini sebagai hujah bagi mereka.”

Baca Sesudahnya: Mengenal Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah #2

Imam Al-Bukhari mengatakan bahwa ilmu lebih didahulukan daripada perkataan dan perbuatan. Beliau melandaskan perkataan beliau dengan firman Allah Ta’ala: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada illah kecuali Allah dan mohonlah ampunan pada-Nya.” (QS. Muhammad [47]: 19)

Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu sebelum berucap dan beramal. Wallahu A’lam bish Shawab (Ustadz Tengku Azhar/ an-najma.com)

Leave A Reply

Your email address will not be published.